Selasa, 19 November 2013


PERAWAT FORENSIK, BIDANG KHUSUS TERBARU KEPERAWATAN DI INDONESIA

Berbicara tentang forensik, sebagian besar dari kita yang terlintas dipikirannya biasanya sesuatu yang berhubungan dengan mayat, kasus pembunuhan, otopsi  serta hal-hal yang dianggap menyeramkan.  Dalam beberapa tahun terakhir ini, kasus-kasus kejahatan semakin marak terlihat di pemberitaan media baik cetak maupun elektronik.  Ilmu forensik sedikit banyak memiliki peranan tersendiri dalam kasus-kasus kejahatan.
Forensik menurut kamus kedokteran Taber (2009) berarti “yang berkaitan dengan hukum”. Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pidana (tindak melawan hukum). Dewasa ini dalam penyelidikan tindak kriminal merupakan suatu keharusan menerapkan pembuktian dan pemeriksaan bukti fisik secara ilmiah. Disinilah peran penting dari ilmu forensik dalam kasus-kasus pidana.
Dunia forensik di Indonesia masih dipegang khusus oleh dokter. Dokter sendiri merasa kewalahan dan perlu partner kerja dalam menghadapi kasus-kasus forensik yang ditangani. Hal ini seperti pengakuan dari dr.Eko Yunianto,Sp.F.,MH.Kes dalam seminar internasional keperawatan dengan tema “Forensic Nursing for Health Professional Indonesia In Globalization Era” yang diadakan prodi keperawatan UIN Alauddin Makassar yang pertama kali diadakan di Indonesia. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan setidaknya harus melihat kesempatan ini. Selain itu, salah satu pakar keperawatan forensik yang datang jauh dari kanada, Muh. Arsyad Subuh., S.Kp. M.Scn, Ph.D. beliau merupakan salah satu peneliti forensic nursing di School of Nursing University of Ottawa.

Dalam pemaparan materi yang dibawakannya dihadapan kurang lebih 1500 peserta seminar, perbedaan mendasar dari kedokteran forensik dan keperawatan forensik yakni dokter lebih fokus pada korban dan biasanya sering mengabaikan aspek psiko-sosial-spriitual klien. Adapun perawat forensik dalam penerapannya selain melakukan pemeriksaan fisik  juga sangat memperhatikan aspek psiko-sosial-spritual. Peran perawat forensik memberikan asuhan keperawatan kepada korban dan keluarganya serta masyarakat umum. Di UGD misalnya, perawat memberikan asuhan keperawatan bagi korban kekerasan, pelecehan, perkosaan, luka-luka akibat kasus pidana. Mereka berpartisipasi dalam penyelidikan tindak pidana dan kasus-kasus hukum di lokasi perkara dan di masyarakat. Perawat forensik bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengumpulkan bukti kejahatan, kecelakaan dan kematian. Keperawatan forensik masih terbilang baru di Indonesia. Perlu perhatian khusus agar bidang keahlian yang terbilang baru di dunia keperawatan indonesia dapat berkembang. Di Amerika serikat dan Kanada Keperawatan forensik sudah berkembang pada tahun 1992. Saat ini, perawat Amerika, Kanada, Australia dan beberapa negara lainnya banyak melirik ilmu forensik. Bagaimana tidak, gaji yang perawat forensik di Amerika dan Kanada berkisar antara 25 sampai 400 dollar perjam. Tentu hal ini sangat menggiurkan bukan? Ada yang berminat jadi detektif dan mengungkap kejahatan? Yah, hitung-hitung jadi “KW2”nya detektif conan.

EKSPEDISI RELAWAN NUSANTARA RUMAH ZAKAT (RZ): BAHAGIAKAN UMMAT DI PEGUNUNGAN  KARST TERBESAR KEDUA DUNIA

Indonesia. Negara yang begitu kaya akan sumber daya alam dan keeksotikan alamnya menjadi daya tarik tersendiri. Kecantikan bentukan alam pegunungan karst terbesar kedua di dunia yang dianugrahkan Tuhan membuat mata siapapun merasa tidak jenuh untuk mengagumi dan menikmati siluet surga ini. Dibalik keindahannya tersembunyi keperihan dan perjuangan serta termarjinalkan. Potret indonesia yang sudah tidak asing lagi dan telah banyak cerita yang serupa. Atas dasar inilah tercetuslah Program eksepedisi relawan yang pertama kali diadakan oleh relawan Rumah Zakat (RZ) Cabang Makassar.
Dengan semangat “tetap semangat bahagiakan ummat” segala persiapan yang telah dilakukan seminggu sebelum kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari yakni pada tanggal 16-17 November 2013 diadakan di desa bonti dan kalibara’a, kecamatan balocci kabupaten pangkep. Jarak dari kota makassar kurang lebih 50 km yang ditempuh sekitar 2 jam. Relawan yang berpartisipasi dalam kegiatan kali ini sebanyak 13 orang relawan. Perjalanan dimulai dari jam 5 sore jadi otomatis sampainya  jam 7 malam. Kami beristirahat sejenak sambil solat dan makan malam di rumah warga yang berada di dekat jalur masuk ke desa bonti.

Sekitar jam 9.30 malam petualangan yang sebenarnya dimulai. Trek yang dilalui berupa tanjakan yang tiada henti sekitar kurang lebih 3 km. Hal ini cukup menguras tenaga para relawan terutama sangat terlihat dari relawan akhwat yang mengeluh dan “ngos-ngosan” walaupun sebenarnya ikhwannya juga tapi gengsi dong dilihatnya *ada yg merasa kayaknya xixixixi. Trek selanjutnya penurunan yang memerlukan kehati-hatian yang ekstra apalagi saat perjalanan headlamp dan penerangan tidak dimiliki oleh semua relawan. Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap maju kedepan sampai ke tujuan. Tidak lain demi sebuah niat mulia membantu sesama. Disambut dengan nyanyian merdu burung serta auman anjing peliharaan penduduk, akhirnya setelah sekitar 2 jam perjalanan dengan berjalan kaki, kami sampai ke lokasi kegiatan pada jam 11.45 malam. Lega rasanya bisa sampai ke desa ini.
Keesokan harinya,inilah waktunya beraksi kawan. Kegiatan yang dilaksanakan yakni berupa mesjidku beersih, pembagian kornet “super qurban” dan sabun mandi, pemeriksaan dan penyuluhan tentang tekanan darah, pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol. Masyarakat sangat antusias dengan kedatangan kami. Keramahan dan senyum mereka membuat rasa lelah yang masih menghinggapi tubuh hilang. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke desa kalibara’a, desa seberang bonti. Perjalanan ke desa ini lebih ekstrem lagi karena selain menanjak, relawan juga harus melewati sungai yang batunya begitu licin. Ditambah lagi hujan menerpa tubuh kami jadi bertambah pula cobaan kami. Selain itu, kami juga melewati gua hasil bentukan alam  yang begitu indah dengan bentukan batu stalaktit dan stalaknit yang memanjakan mata. Perjalanan kala itu harus ditempuh sekitar 4 jam. Alhamdulilah, saat sampai di desa tersebut ada orang yang nikahan jadi dapat makan yang enak-enak hehehe. Tapi kegiatan tetap jalan loh.....


Kami tiba ke jalan raya tepatnya jam 5.15 sore. Kami semua menunggu angkutan umum untuk ke dataran rendah tapi sekitar 45 menit menunggu tak kunjung datang. Akhirnya sebuah mobil pick up datang melintas dan kami semua naik ke mobil tersebut. Inilah salah satu hal takkan terlupakan bagi penulis. Seru dan menegangkan karena lintasan jalan yang dilalui berliku-liku dan sempit sehingga adrenalin pun terpacu. Sungguh sebuah pengalaman yang takkan terlupakan. Ini baru perjalanan yang sesungguhnya. Bukan hanya sekedar hiking saja tapi bisa menebar manfaat ke masyarakat. Harapan selanjutnya kegiatan yang serupa bisa diadakan kembali. Bagaimana setuju tidak para relawan RZ? Yang setuju mana jempolnya hehehe
 


Senin, 22 April 2013

Potret Pelaut Cilik Galesong


Potret Pelaut Cilik Galesong
Masih ingatkah kalian dengan  lagu anak yang bercerita tentang gagahnya seorang pelaut?. Dalam lagu itu ada sepenggal lirik seperti ini “nenek moyangku seorang pelaut, menerjang ombak tiada takut melawan ombak sudah biasa”. Sebuah lagu yang merupakan refleksi jati diri dari masyarakat sulawesi selatan  pada umumnya. Dunia pelayaran dan bahari dari dahulu kala memang sudah mendarah daging pada etnis bugis-makassar. Seluruh Indonesia bahkan dunia mengenal ketangguhan dan keahlian nenek moyang kita dalam mengarungi samudera-samudera dunia.  Sebuah kebanggaan tersendiri mendapatkan warisan budaya yang begitu hebat ini. 
Kejayaan dan kebanggaan ini hendaknya tetap dipertahankan. Karena kebanggaan dan mungkin faktor ekonomi dan kurang sadarnya akan pentingnya pendidikan sehingga hak mahluk yang satu ini terenggut. Yah, “pelaut cilik” inilah yang saya maksudkan. Pada suatu saat mengajar di sebuah Sekolah Dasar (SD) saya mengabsen siswa-siswi. Saat itu ada beberapa siswa yang tidak hadir dan pada saat saya menanyakan alasan kenapa tidak hadir,  siswa lainnya menjawab dalam bahasa indonesia yang bercampur dengan dialek dan logat khas makassar, “tidak hadirki itu kak karena berhenti mi sekolah”. Kemudian saya balik bertanya  “kenapa na berhenti sekolah?”, siswa itu kemudian menjawab “anu kak, pergi ki ke laut sama orang tuanya”. Hal ini mencengangkan saya dan untuk mendapat keterangan yang lebih jelas saya bertanya kepada gurunya. Sang  guru membenarkan hal tersebut jika memang banyak siswa terutama laki-laki putus sekolah karena manjadi nelayan atau menjadi ABK (Anak Buah Kapal) untuk mencari telur ikan terbang yang menjadi  komoditi ekspor ke beberapa negara maju seperti Jepang dan China serta Kanada. Dari fakta yang saya temukan selama mengabdikan diri di masyarakat dalam rangka Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa palalakang kec. Galesong kabupaten Takalar  Sulawesi Selatan membuat saya prihatin dan miris melihatnya.  Hak-hak anak yang seyogyanya mengenyam pendidikan dan masa bermainnya lenyap begitu saja.
Psikologis anak juga akan terganggu karena tidak melewati fase alamiah manusia sebagaimana anak-anak lainnya. Di saat mahluk seusianya sedang bermain dan belajar di sekolah, mereka sudah ada ditengah laut menerjang ombak dan berbulan-bulan menjadi “manusia air”.  Padahal anak-anak inilah yang kelak akan membangun indonesia. Bukan berarti bila si anak ini menjadi nelayan maka dia tidak dapat memberi kontribusi bagi masyarakat namun alangkah indahnya bila si anak disuapi ilmu pengetahuan terlebih dahulu. Dengan ilmu mereka miliki, misalnya ilmu perikanan atau kelautan, mereka dapat mengaplikasikan pada tanah kelahirannya sehingga potensi perikanan dan kelautan serta sektor dapat dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat. Apalagi melihat kondisi alam di galesong ini sangatlah potensial. Betapa indahnya jika hal ini bisa diwujudkan. Harapan untuk itu masih ada selama kita semua berkomitmen.

Rabu, 09 Januari 2013

Ronde keperawatan dan hourly rounds, apakah itu?




Mungkin sebagian dari kita sudah tahu arti dua kata ini. Namun saya juga agak ragu kalau kita semua, perawat dan calon perawat Indonesia tahu apa itu “ronde keperawatan”. Yah, berhubung saya lagi baik hati mau sharing dikit mengenai apa yang saya tahu mengenai ronde ini. Jangan bayangkan kalau ronde keperawatan itu seperti ronde tinju dimana setiap petinju beradu kekuatan dan ketangkasan dalam ring tinju (bayangkan saja kalau perawat bisa kayak gitu.. xixixixixixi). Tapi kalau dipikir-pikir ada sedikit persamaannya. Dimana?? Yah, persamaannya itu dimana kita bersama-sama berkumpul dan saling adu pikiran dan kreatifitas bagaimana menyelesaikan permasalahan pasien yang sedang dimusyawarahkan. Hmm, mau yang lebih jelasnya?
Ronde keperawatan (Nursing Rounds) menurut Nursalam adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan/atau perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan. Jadi, seperti pengertian yang telah dikemukakan semua unsur terutama para perawat itu sendiri punya andil besar dalam ronde keperawatan itu sendiri. 
Kita Sudah tahu pengertiannya, terus timbul pertanyaan baru. Apa untungnya kalau ronde keperawatan dilaksanakan? Seperti yang penulis ketahui, ronde keperawatan merupakan salah satu unsur dalam penerapan MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional). Jadi, dengan adanya ronde ini diharapkan dapat menumbuhkan cara berpikir secara kritis, menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien, meningkatkan validitas data klien, menilai kemampuan justifikasi, meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja dan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan dapat optimal. Namun, praktek di klinik sendiri masih jarang diimplementasikan karena perawat cenderung mengidentikkan dengan timbang terima. Padahal jikalau ini diimplementasikan dengan baik, beberapa masalah mengenai proses perawatan dapat berkurang.
Contohnya kita ambil dari negeri paman sam yang manajemen keperawatan sudah sangat baik. Di Negara maju, seperti di Amerika Serikat sistem ronde keperawatan yang diterapkan yakni ronde tiap jam (Hourly Rounds). Hourly Rounds atau  ronde per jam ini adalah pemeriksaan secara intensif pada pasien atau klien dengan interval yang teratur. Efek Hourly Rounds oleh Meade et all dilaporkan bahwa berkurangnya insidensi jatuh (52 %), penggunaan Call lights/ panggilan darurat (37%) dan penekanan ulkus (14 %). Penerapan Hourly Round (ronde per jam) ini memang sudah banyak terbukti dapat mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi selama pasien di rumah sakit. Selain itu, kepuasan pasien juga meningkat karena pelayanan keperawatan yang diberikan sangat intens dirasakan oleh pasien.
Apakah di Indonesia sudah diterapkan juga sistem seperti itu? Penulis membayangkan jika Hourly Rounds ini diterapkan di Indonesia pasti dapat berefek besar pada profesi “putih-putih” ini dan Rumah Sakit itu sendiri. Citra keperawatan secara tidak langsung akan bertambah baik dimata masyarakat dan profesi kesehatan lainnya sehingga kita tidak dianggap lagi oleh sebagian orang sebagai pembantu dokter dan hanya bisa memberikan suntik dan memasang infus saja. Dibutuhkan insan-insan keperawatan yang peduli dengan profesinya.  Apakah anda semua sependapat dengan saya? Semoga saja…



Minggu, 06 Januari 2013

sebuah cerita asam manis biroro malino


Sesuatu yang WOW di penghujung tahun
Akhir tahun 2012, sebuah hal yang belum terbayangkan sebelumnya diamanahkan pada diriku. Sore itu, tepatnya tanggal 7 desember 2012 saya ditunjuk menjadi ketua panitia musyawarah besar UKM KSR PMI UIN XVI. Sebuah jabatan dalam kepanitiaan yang sangat saya hindari. Namun, apalah daya meski terpaksa, amanah yang diberikan harus dijalankan dengan rasa tanggung jawab.
Persiapan untuk mubes kali ini terasa berat. Kenapa?? Selain karena senior-senior sibuk ikut pelatihan, masalah finansial mejadi batu sandungan bagi kepanitiaan. Namun, salah satu anggota yang begitu bersemangat, Unhy dengan begitu gigih memutar otak mencari cara agar bisa menutupi dana awal yang diperlukan kepanitiaan. Dengan dibantu beberapa anggota, akhirnya kami mulai beraksi mulai dari menjual nasi kuning, gorengan, kue yang otomatis harganya pasti selangit (yang biasa penggalangan so pasti mengerti hehehehehe).  Dan akhirnya dana yang terkumpul lumayanlah buat makan bareng (nah lo kok mau dijadiin traktiran).  Setelah seminggu konsen dengan penggalangan dana, sekarang saatnya sekretaris, sebut saja namanya kiki cihuyy memainkan jari jemarinya dalam hal persuratan dan tentu saja berkolaborasi dengan ketupat (mau lagi eksis ketupat). Berlalu lalang ke rektorat dan kantor markas cabang PMI kota Makassar dan markas daerah PMI sudah menjadi hal yang biasa sampai-sampai ini muka sangat familiar disana (yah, bisalah nanti jadi penerus lo ada yang pensiun*ngarep)
Selama proses kepanitiaan yang begitu menguras emosi dan tenaga satu hal yang unik dan tak pernah terlupakan. Pernah membayangkan seperangkat alat dapur umum pmi yang begitu besar diangkut dengan sebuah motor Jupiter mx baru dan motor vega zr setengah baru? Nah, momen unforgettable hanya bisa dilakukan oleh 3 pemeran utama. Dua wanita tangguh dan seorang lelaki gagah dan nggak ada malunya membawa alat DU itu dari jl lanto dg pasewang menuju kampus 1 yang berjarak sekitar 8 km. menurut kesaksian pelaku yang didengarkan langsung oleh penulis mereka bagaikan miss universe. Yah, semua mata tertuju pada mereka. Btw apa sih motif utamanya? Masalah klasik itu lagi ternyata pemicunya. “MONEY”. Daripada uang sejumlah Rp. 50 rb diambil sopir pete-pete mending dipakai buat kas kepanitiaan katanya. Saya sangat salut pada rekan-rekan volunteer yang begitu “WOW” kalo kata anak alay jaman sekarang.

Dan alhamdulilah acara mubes ini berjalan lancar meskipun ada beberapa barang yang kelupaan di malino sana. Meski beberapa panitia agak kecewa pada saat mubes namun itu tidak mengurangi rasa cinta kepada UKM tercinta, UKM  KSR PMI UNIT 107 UIN ALAUDDIN MAKASSAR.  Apalagi setelah mubes kita dapat berlibur dan merefresh otak dengan melihat lukisan Ilahi yang begitu indah. Keindahan malino dan air terjun biroro yang masih perawan dan jarang terjamah tangan manusia memikat hati siapapun yang menapak kaki disana. Dan akhirnya semoga dengan semangat kebersamaan ini takkan berhenti disini yang nantinya kita ciptakan kader yang berdedikasi pada organisasi itu sendiri. Salam hangat dari ketupat mubes.  I’M THE VEIN
Beberapa hasil jepretan foto dari kamerawan dan kamerawati kami…….



               

Rabu, 25 Juli 2012

asuhan keperawatan post natal care


BAB I
KONSEP MEDIS
A.    Defenisi Post Partum
Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.
Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.
Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu:
1.      Immediately post partum       : 4 jam pertama
2.      Early post partum                   : Minggu pertama
3.      Late post partum                    : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam
Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu:
1.      Puerpurium dini
Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.      Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh  alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu
3.      Remote Puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
B.     Tujuan PNC
1.       Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
2.       Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
3.       Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4.       Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi

5.       Meningkatkan peluang merawat bayi
6.       Teaching self care dan bayi.
Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupum eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali. Perubahan-perubahan alat genitalia ini dalam keseluruhan-nya disebut Involusi. Disamping involusi ini juga terjadi perubahan-perubahan lainnya yakni hemokonsentrasi dan proses laktasi.
C.    Involusi
Setelah bayi dilahirkan kemudian placenta uterus menjadi keras karena kontraksi dan relaksasi otot-ototnya.
1.      Tinggi funsus uteri
Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uteri
Bayi lahir
Placenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari dibawah pusat Pertengahan pusat simpisis
Tidak teraba diatas simpisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000    gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
80 gram
Uteri menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang lebih kurang 15 cm, lebar lebih kurang 12 cm, dan tebal lebih kurang 10 cm, dinding uterus lebih kurang 5 cm. Bekas inplantasi placenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol kedalam cavum uteri segera setelah pesalinan,  penonjolan tersebut diameternya ± 7,5 cm setelah 2 minggu diameter 3,5 cm dan pada 6 minggu mencapai 2,4 mm.
Pada keadaan normal berat uterus lebih kurang 30 gram, perubahan ini berhubungan erat dengan keadaan momentum yang mengalami perubahan yang bersifat proteolisis. Otot-otot jelas berkontraksi segera pada post partum, pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
2.      Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah dan pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsis-tensinya lunak.
·         Setelah janin lahir             : Dapat dimasukkan tangan pemeriksa
·         Setelah 2 jam postpartum : 2 – 3 jari pemeriksa
·         Setelah 1 minggu              : 1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-retak karena robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama lingkaran retraksi berhubungan bagian atas dari canalis servikalis, oleh karena hyperplasia dan retraksi serviks, robekan serviks menjadi sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir ostium eksternum. Vagina pada minggu ke-3 post partum mulai kembali normal.
3.      Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis terutama ditempat implantasi placenta.
·         Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
·         Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan bagian yang mengalami degenerasi sebagian besar endometrium terlepas.
·         Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu 2 – 3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi placenta mengalami proses yang sama ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas impalntasi placenta.
4.      Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur Cepat kembali seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘ kandungannya turun’, setelah melahirkan oleh karena ligamentum fascia jaringan penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot dinding perut dengan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke-2 post partum setelah dapat diberikan fisioterapi.
5.      Luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh permanent, kecuali bila terdapat infeksi, infeksi mungkin mengakibatkan salulitis yang dapat menjalar ke sentral terjadi keadaan sepsis.
D.    Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapt hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pada ibu relative akan bertambah, keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis, keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari post partum.
E.     Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan yang terdapat pada kedua mammae antara lain sebagai berikut.
  1. Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae dan lemak.
  2. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).
  3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae, pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas.
  4. Setelah partus, permukaan menekan estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang, timbul pengaruh hormone-hormon hipofisis kembali, antara lain laktogenik hormone (prolaktin) yang akan mengakibatkan kelenjar-kelenjar terisi air susu pengaruh hormone oksitosin mengakibatkan miophthelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari ke-2 sampai ke-3 post partum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein, albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001–0,025 mm. Karena mengandung banyak protein dan mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bagi ibu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada putting mammae sendiri dan gonadotropin menurun pada laktasi, tetapi meningkat lagi pada waktu frekuensi menetekkan.
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas, mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan dan pula, sebagai efek sampingan.
Memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui bayi sendiri ialah akan menjelmanya rasa kasih saying sehingga bertumbuh suatu pertalian yang intim antara ibu dan anak. Air susu ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi bayi terhadap infeksi seperti gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan paru-paru, ototos media. Sambungan air susu ibu mengandung lactoferin, lysozyme, dan immuno globulin A.
F.     Perubahan lain Saat Nifas
1.      After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus, kadang-kadang sangat menganggu selama 2 -3 hari post partum, perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit ibu pun timbul bila masih terdapat sisa-sisa dan selaput ketuban, sisa placenta atau gumpalan darah di dalam kavum uteri.
2.      Vital Sign
·         Suhu
a.       Saat partus lebih 37,2 °C
b.      Sesudah partus naik 0,5 °C
c.       12 jari pertama suhu kembali normal
d.      Suhu lebih 38 °C mungkin ada infeksi.
·         Nadi
a.       60 – 80 kali/menit
b.      Segera setelah partus bradikardi.
·         Tekanan darah
Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
3.      Pengeluaran per vaginam
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
·         Hari 1 – 3 : lokhea rubra
Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Dalam keadaan abnormal; bekuan banyak, bau agak busuk, mengganti pembalut terus menerus.
·         Hari 3 – 7 : lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender.
·         Hari 7 – 14 : lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
·         Setelah 2 minggu : lokhea alba
Cairan putih, bau agak sedikit amis.
Keadaan abnormal dari pengeluaran lokhea yaitu:
·         Perdarahan berkepanjangan
·         Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)
·         Lokhea purulenta, berisi nanah, dan berbau busuk
·         Rasa nyeri yang berlebihan
·         Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga
·         Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
·         Terjadi infeksi intrauteri.
4.      Vital sign setelah kelahiran anak
·         Temperature
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 °C (100,4°F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan, kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormone. Setelah 24 jam wanita keluara dari febris.
·         Nadi
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output, sisa kenaikan pada jam pertama atau demikian setelah melahirkan anak. Kemudian mulai berkurang rata-rata yang tidak diketahui. Dalam 8 sampai 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
·         Pernapasan
Pernapasan akan jauh ke dalam keadaan normal wanita sebelum persalinan.
·         Tekanan darah
Tekanan darah berubah rendah semua. Atosiatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah bangun, dapat terjadi 48 jam pertama dihasilkan oleh spraichnic engorgement yang mungkin terjadi setelah persalinan.
Penyimpangan dan Kondisi Normal dan Penyebab Masalah:
·         Diagnosis sepsis puepuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu mancepai 38°C (100,4°F) catatan setelah 24 jam pertama setelah kelahiran anak dan berulang-ulang atau berlangsung dalam 2 hari. Kemungkinan lain adalah mastitis endometritis, infeksi traktus urinarius dan infeksi sitemik lainnya, milk fever.
·         Kecepatan rata-rata nadi atau satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
·         Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasa tingginya sub arakhnoid (spiral) block.
·         Tekanan darah rendah mungkin refleks dan hipovolemik sekunder dan perdarahan kenaikan menunjukkan bahwa kemungkinannya disebabkan terlalu banyak menggunakan vasopressor atau medikasi oksitosin.
System Kardiovaskular
·         Volume darah
Perubahan dalam volume darah tergantung beberapa factor sebagai contoh kehilangan darah selama melahirkan anak, mobilisasi dan ekskresi air ekstra vaskuler ( fisiologi edema)
Kehamilan menyebabkan hipovolume (bertambahnya paling sedikit 40% lebih dari nilai keadaan sebelum hamil mendekati aterm). Memenuhi lebih toleransi kehilangan darah selama kehilangan anak.
Wanita kehilangan 500 – 400 cc darah selama persalinan pervaginam pada janin tunggal dan kira-kira dua kali selama persalinan cesarean. Respon wanita pada kehilangan darah selama awal puerpurium berbeda dan wanita yang tidak hamil.
o   Eliminasi simulasi uteroplasenta mengurangi ukuran dasar vaskularisasi maternal 10% sampai 15%.
o   Kehilangan fungsi endokrin placenta melepaskan stimulus untuk vasodilatasi.
o   Mobilisasi air ekstra vaskuler disimpan selam terjadi kehamilan syok hipovolemik kadang-kadang tidak terjadi dengan normalnya kehilangan darah.
·         Cardiac output
Rata-rata nadi, stroke volumedan cardiac output meningkat seluruhnya pada kehamilan secara tiba-tiba setelah persalinantetap meningkat mengalir terus ke utero placenta dan berkencing kemudian kembali kesirkulasi umum.
Nilai kenaikan tanpa memperhatikan tipe persalinan atau menggunakan konduksi anastesi.
·         Neurologi
Berubah selama puerperium diakibatkan reaksi kebalikan dan adaptasi maternal ke kehamilan dan diakibatkan selama kehamilan dan melahirkan. Sakit kepala saat postpartum mungkin disebabkan kondisi yang bermacam-macam termasuk kehamilan dengan Hipertensi (PIH), stress dan keluarnya cairan cerebrospinal kedalam ekstra dural selamam penempatan jarum dari epidural atau anestesi spiral.
Sistem Muskuloskeletal
Adaptaasi system musculoskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan merupakan kebalikan pada puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan hipermobilisasi dan tulang-tulang dan perubahan pusat gravitasi pada ibu disebabkan membesarnya uterus, stabilisasi tulang-tulang komplet 6-8 minggu setelah kelahiran.
Sistem Integument
Cloasma pada kehamilan kadang-kadang menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi pada aerola dan linea nigra mungkin tidak susut hilang secara sempurna setelah kelahiran bagian daripada dada, abdomen, pinggul dan paha mungkin menghilang tetapi kadang-kadang tidak hilang. Tidak normalnya vascular seperti spider angiomas (revi), palmar interna dan regresi epulis umum dalam respon terhadap aliran yang deras menurun.
After Pains
After pains adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada abdomen bagioan bawah, yang sering dijumpai pada hari ke-7 hingga ke-10 post natal. Gejala ini paling sering ditemukan pada multipara karena uterus yang teregang, penuh dua kali lipat cenderung lebih kendor daripada uterus primipara dan demikian harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilak involusi.
Gejala ini biasa terjadi ketika ibu sedang menyusui bayinya. Karena pengisapan putting menimbulkan pelepasan oksitosin yang membuat uterus kontraksi. Kontraksi postnatal yang terjadi ketika menyusui adalah cara alami untuk mencegah pendarahan post natal. Pemberian obat-obatan analgesic seperti kodein atau parasetamol sekitar 1 jam sebelum jam menyusui tiba akan mengurangi rasa sakit pada serangan afterpains tersebut. 
G.    Perawatan Post Partum
1.      Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat , tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk dan latihan-latihan senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 atau 5 boleh dipulangkan. Mobolisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2.      Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.      Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4.      Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi  berak merah dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5.      Perawatan Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam mammae dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui mamae harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi dususui, bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
·         Pembalutan mammae sampai tertekan
·         Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan periodel, etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan
H.    Pemeriksaan Post Natal
Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan normal bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu kemudian.
Pemeriksaan post natal antara lain meliputi:
  1. Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
  2. Keadaan umum: suhu badan, selera makan, dan lain-lain.
  3. Payudara: ASI dan putting susu.
  4. Dinding perut apakah ada hernia
  5. Keadaan perineum
  6. Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.
  7. Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus spingter ani
  8. Adanya flour albus
  9. Keadaan serviks, uterus dan adneksa.
Nasehat untuk ibu post natal:
·         Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
·         Sebaiknya bayi disusui
·         Kerjakan gymnastic (senam nifas)
·         Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak.
·         Bawalah bayi anda untuk memperoleh informasi.
I.       Adaptasi Psikososial Pada Postpartum
Fase-fase transisi:
  1. Fase antisipasi kehamilan
Fase antisipasi menjadi orang tua, membuat keputusan dan harapan membagi pekerjaaan dalam keluarga.
  1. Fase bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan rutin, menggali keadaan anggota keluarga yang baru


Menurut Rubin, fase adaptasi ibu :
  1. Taking In
·         Dependent, kelelahan
·         Pasif
·         Focus pada diri sendiri
·         Perlu tidur dan makan
Taking in ini timbul pada jam pertama kelahiran sampai 1-2 hari
  1. Taking Hold
·         Dependent
·         Independence
·         Focus melibatkan bayi
·         Melakukan perawatan diri sendiri
·         Waktu yang baik untuk penyuluhan
·         Dapat menerima tanggung jawab
  1. Letting Go
·         Independent pada pecan yang baru
·         Letting go terganti pada hari-hari terakhir pada minggu pertama persalinan










BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Intervensi dan Rasional
1.      Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain, ketidanyamanan payudara.
Tujuan :
Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
a.       Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b.      Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau terjadinya komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c.       Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan tekanan langsung pada perineum.
d.      Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan regular, dan ini berlanjut selama 2–3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitas-nya berkurang.
e.       Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah abdomen dan melakukan aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan kembali memfokuskan perhatian.
f.       Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan atau putting pecah-pecah.
R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak penuh, dan puting harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan, pembesaran payudara, nyeri tekan putting atau adanya pecah-pecah pada putting dapat terjadi hari ke-2 sampai ke-3 postpartum.
g.      Anjurkan menggunakan penyokong
R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi lebih nyaman.
h.      Berikan analgetik 30 – 60 menit sebelum menyusui
R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpaint paling hebat karena pelepasan oksitosin, bila klien bebas dari ketidaknyamanan ia dapat memfokuskan pada perawatannya sendiri dan bayinya dan pada pelaksanaan tugas –tugas mengenai ibu.
2.      Menyusui tak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat pengetahuan pengalaman.
Tujuan :
Menyusui menjadi efektif
Intervensi :
  1. Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui sebelumnya
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perawatan.
  1. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka, memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu menyusui.
  1. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa memperhatikan lamanya menyusui.

  1. Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi terjadinya luka atau pecah putting, yang dapat merusak proses menyusui
  1. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20–30 menit, instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra berlapis elastic dan mengganti pembalut bila bosan atau lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan putting, sedangkan sabun dapat menyebabkan kering.
  1. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan putting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi, teknik hoffman melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse putting.
3.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan lingkungan.
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
  1. Pantau suhu dan nadi dengan rutin; catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3°C dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.
  1. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri tekan eksterm, menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau imflamasi.
  1. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan normal dan rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba.
  1. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah anal) membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau uretra.
  1. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang kotor.
R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
4.      Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal (perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek anastesia.
Tujuan :
Eliminasi urin menjadi normal
Intervensi :
a.       Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir
R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang, melalui haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata termasuk dioforesis.
b.      Anjurkan berkemih dalam 5 – 8 jam post partum, alirkan air hangat diatas perineum.
R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus dan meningkatkan lokhea, distensi berlebihan kandung kemih dalam waktu lama dapat merusak dinding kandung kemih.
c.       Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas  cairan perhari
R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
d.      Pasang kateter urin sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi distensi kandung kemih, untuk memungkinkan involusi uterus dan mencegah atoni kandung kemih karena distensi belebihan.
5.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (diaforesia, hemoragi, peningkatan haluaran urin, muntah.)
Tujuan :
Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Intervensi :
a.       Kaji tanda-tanda vital
R/ takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan, pada kejadiandehidrasi atau hemoragi, peningkatan TD larema obat-obat vasopressor oksitosin, penurunan TD merupakan tanda lanjut dan kehilangan cairan berlebihan.
b.      Perhatikan adanya rasa haus berikan cairan sesuai toleransi
R/ rasa haus mungkin diperlukan cara homeostasis dari pergantian cairan melalui peningkatan rasa haus.
c.       Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infuse i.v atau sampai pola berkemih menjadi normal.
R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan.
d.      Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui
R/ klien dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat
e.       Berikan cairan i.v yang mengandung elektrolit
R/ membantu menciptakan volume dasar sirkulasi dan menggantikan kehilangan korona dan kelahiran dan diaforesis
6.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal.
Tujuan :
Proses defekasi menjadi normal
Intervensi :
a.       Auskultasi adanya bising usus; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastosis rekti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
b.      Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.
R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran khususnya dengan biji dan kulit dan peningkatan cairan menghasilkan builk dan merangsang eliminasi.
c.       Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi, sesuai toleransi.
R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal
d.      Kaji episiotomi; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan cairan.
R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat ketiga dan keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien dan merelaksasi perineum selama pengosongan karena takut untuk terjadi oedema selanjutnya.
e.       Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.
R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan mencegah mengejan atau stress perianal selama pengosongan.
7.      Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang dukungan dari orang terdekat, kurang pengetahuan, stressor.
Tujuan :
Koping orang tua terhadap perubahan peran efektif

Intervensi :
a.       Kaji  kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan latar belakang budaya.
R/ mengidentifikasi factor-faktor resiko potensial dan sumber-sumber pendukung yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orang tua.
b.      Perhatikan respons klien/pasangan terhadap keahlian dan peran menjadi orang tua.
R/ kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah yang kuat.
c.       Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan hubungan mereka satu sama lain.
R/ hubungan yang kuat diartikan dengan komunikasi yang jujur dan ketrampilan mendengan dan interpersonal yang baik membantu mengembangkan pertumbuhan.
d.      Berikan ‘rawat bersama’/ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah dan bayi.
R/ memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.
e.       Anjurkan pasangan/sibung untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan konstipasi pada aktivitas perawatan bayi secara rutin
R/ membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa. Menentukan realitas keadaan bayi
8.      Resiko tinggi terhadap koping individual tak efektif berhubungan dengan krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua, kecemasan personal, ketidakadekuatan system pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan :
Koping individual tak efektif tak terjadi

Intervensi :
  1. Kaji terhadpa gejala depresi yang fana (perasaan sedih post partum) pada hari  ke-2 sampai ke-3 mis; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk.
R/ ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa serelah melahirkan mungkin berhubungan dengan factor-faktor genetic, sosial atau lingkungan atau respons endokrin fisiologis
  1. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari peran baru dan strategis untuk koping terhadap bayi baru lahir.
R/ ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari. Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan kebutuhan bayi selama 24 jam mungkin sulit dan strategi koping harus dikembangkan
  1. Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-raguan tentang kemampuan menjadi orang tua, khususnya bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah-masalah menjadi orang tua
R/ membantu pasangan kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
9.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan psikologis, nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.
R/ gangguan pola tidur teratasi
Intervensi :
a.       Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama persalinan dan jenis kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila ini terjadi malam meningkatkan tingkat kelelahan
b.       Kaji factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan gangguan dan beri istirahat serta periode tidur yang eksatra, berikan lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsang
c.       Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan refleks secara psikologis
d.      Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan yang berlebihan
e.       Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan
10.  Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber (informasi).
Tujuan :
Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care
Intervensi :
a.       Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan tingkat kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang kinerja persalinan dan semakin lama hal tersebut membuat lien memikul tanggung jawab terhadap perawatan dan mensintesa informasi baru serta peran-peran baru.
b.      Berikan informasi tentang peran program latihan post partum progresif
R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi, menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
c.       Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan hygiene.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif  dari perubahan fisik dan emosional
d.      Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk keuntungan dan kerugian
R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan metoda kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.
e.       Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan periode kecepatan
R/ status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini dan sering dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi perubahan ini dapat menurunkan stress.