Rabu, 09 Januari 2013

Ronde keperawatan dan hourly rounds, apakah itu?




Mungkin sebagian dari kita sudah tahu arti dua kata ini. Namun saya juga agak ragu kalau kita semua, perawat dan calon perawat Indonesia tahu apa itu “ronde keperawatan”. Yah, berhubung saya lagi baik hati mau sharing dikit mengenai apa yang saya tahu mengenai ronde ini. Jangan bayangkan kalau ronde keperawatan itu seperti ronde tinju dimana setiap petinju beradu kekuatan dan ketangkasan dalam ring tinju (bayangkan saja kalau perawat bisa kayak gitu.. xixixixixixi). Tapi kalau dipikir-pikir ada sedikit persamaannya. Dimana?? Yah, persamaannya itu dimana kita bersama-sama berkumpul dan saling adu pikiran dan kreatifitas bagaimana menyelesaikan permasalahan pasien yang sedang dimusyawarahkan. Hmm, mau yang lebih jelasnya?
Ronde keperawatan (Nursing Rounds) menurut Nursalam adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan/atau perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan. Jadi, seperti pengertian yang telah dikemukakan semua unsur terutama para perawat itu sendiri punya andil besar dalam ronde keperawatan itu sendiri. 
Kita Sudah tahu pengertiannya, terus timbul pertanyaan baru. Apa untungnya kalau ronde keperawatan dilaksanakan? Seperti yang penulis ketahui, ronde keperawatan merupakan salah satu unsur dalam penerapan MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional). Jadi, dengan adanya ronde ini diharapkan dapat menumbuhkan cara berpikir secara kritis, menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien, meningkatkan validitas data klien, menilai kemampuan justifikasi, meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja dan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan dapat optimal. Namun, praktek di klinik sendiri masih jarang diimplementasikan karena perawat cenderung mengidentikkan dengan timbang terima. Padahal jikalau ini diimplementasikan dengan baik, beberapa masalah mengenai proses perawatan dapat berkurang.
Contohnya kita ambil dari negeri paman sam yang manajemen keperawatan sudah sangat baik. Di Negara maju, seperti di Amerika Serikat sistem ronde keperawatan yang diterapkan yakni ronde tiap jam (Hourly Rounds). Hourly Rounds atau  ronde per jam ini adalah pemeriksaan secara intensif pada pasien atau klien dengan interval yang teratur. Efek Hourly Rounds oleh Meade et all dilaporkan bahwa berkurangnya insidensi jatuh (52 %), penggunaan Call lights/ panggilan darurat (37%) dan penekanan ulkus (14 %). Penerapan Hourly Round (ronde per jam) ini memang sudah banyak terbukti dapat mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi selama pasien di rumah sakit. Selain itu, kepuasan pasien juga meningkat karena pelayanan keperawatan yang diberikan sangat intens dirasakan oleh pasien.
Apakah di Indonesia sudah diterapkan juga sistem seperti itu? Penulis membayangkan jika Hourly Rounds ini diterapkan di Indonesia pasti dapat berefek besar pada profesi “putih-putih” ini dan Rumah Sakit itu sendiri. Citra keperawatan secara tidak langsung akan bertambah baik dimata masyarakat dan profesi kesehatan lainnya sehingga kita tidak dianggap lagi oleh sebagian orang sebagai pembantu dokter dan hanya bisa memberikan suntik dan memasang infus saja. Dibutuhkan insan-insan keperawatan yang peduli dengan profesinya.  Apakah anda semua sependapat dengan saya? Semoga saja…



Minggu, 06 Januari 2013

sebuah cerita asam manis biroro malino


Sesuatu yang WOW di penghujung tahun
Akhir tahun 2012, sebuah hal yang belum terbayangkan sebelumnya diamanahkan pada diriku. Sore itu, tepatnya tanggal 7 desember 2012 saya ditunjuk menjadi ketua panitia musyawarah besar UKM KSR PMI UIN XVI. Sebuah jabatan dalam kepanitiaan yang sangat saya hindari. Namun, apalah daya meski terpaksa, amanah yang diberikan harus dijalankan dengan rasa tanggung jawab.
Persiapan untuk mubes kali ini terasa berat. Kenapa?? Selain karena senior-senior sibuk ikut pelatihan, masalah finansial mejadi batu sandungan bagi kepanitiaan. Namun, salah satu anggota yang begitu bersemangat, Unhy dengan begitu gigih memutar otak mencari cara agar bisa menutupi dana awal yang diperlukan kepanitiaan. Dengan dibantu beberapa anggota, akhirnya kami mulai beraksi mulai dari menjual nasi kuning, gorengan, kue yang otomatis harganya pasti selangit (yang biasa penggalangan so pasti mengerti hehehehehe).  Dan akhirnya dana yang terkumpul lumayanlah buat makan bareng (nah lo kok mau dijadiin traktiran).  Setelah seminggu konsen dengan penggalangan dana, sekarang saatnya sekretaris, sebut saja namanya kiki cihuyy memainkan jari jemarinya dalam hal persuratan dan tentu saja berkolaborasi dengan ketupat (mau lagi eksis ketupat). Berlalu lalang ke rektorat dan kantor markas cabang PMI kota Makassar dan markas daerah PMI sudah menjadi hal yang biasa sampai-sampai ini muka sangat familiar disana (yah, bisalah nanti jadi penerus lo ada yang pensiun*ngarep)
Selama proses kepanitiaan yang begitu menguras emosi dan tenaga satu hal yang unik dan tak pernah terlupakan. Pernah membayangkan seperangkat alat dapur umum pmi yang begitu besar diangkut dengan sebuah motor Jupiter mx baru dan motor vega zr setengah baru? Nah, momen unforgettable hanya bisa dilakukan oleh 3 pemeran utama. Dua wanita tangguh dan seorang lelaki gagah dan nggak ada malunya membawa alat DU itu dari jl lanto dg pasewang menuju kampus 1 yang berjarak sekitar 8 km. menurut kesaksian pelaku yang didengarkan langsung oleh penulis mereka bagaikan miss universe. Yah, semua mata tertuju pada mereka. Btw apa sih motif utamanya? Masalah klasik itu lagi ternyata pemicunya. “MONEY”. Daripada uang sejumlah Rp. 50 rb diambil sopir pete-pete mending dipakai buat kas kepanitiaan katanya. Saya sangat salut pada rekan-rekan volunteer yang begitu “WOW” kalo kata anak alay jaman sekarang.

Dan alhamdulilah acara mubes ini berjalan lancar meskipun ada beberapa barang yang kelupaan di malino sana. Meski beberapa panitia agak kecewa pada saat mubes namun itu tidak mengurangi rasa cinta kepada UKM tercinta, UKM  KSR PMI UNIT 107 UIN ALAUDDIN MAKASSAR.  Apalagi setelah mubes kita dapat berlibur dan merefresh otak dengan melihat lukisan Ilahi yang begitu indah. Keindahan malino dan air terjun biroro yang masih perawan dan jarang terjamah tangan manusia memikat hati siapapun yang menapak kaki disana. Dan akhirnya semoga dengan semangat kebersamaan ini takkan berhenti disini yang nantinya kita ciptakan kader yang berdedikasi pada organisasi itu sendiri. Salam hangat dari ketupat mubes.  I’M THE VEIN
Beberapa hasil jepretan foto dari kamerawan dan kamerawati kami…….