Mungkin sebagian
dari kita sudah tahu arti dua kata ini. Namun saya juga agak ragu kalau kita
semua, perawat dan calon perawat Indonesia tahu apa itu “ronde keperawatan”.
Yah, berhubung saya lagi baik hati mau sharing
dikit mengenai apa yang saya tahu mengenai ronde ini. Jangan bayangkan kalau
ronde keperawatan itu seperti ronde tinju dimana setiap petinju beradu kekuatan
dan ketangkasan dalam ring tinju (bayangkan saja kalau perawat bisa kayak
gitu.. xixixixixixi). Tapi kalau dipikir-pikir ada sedikit persamaannya.
Dimana?? Yah, persamaannya itu dimana kita bersama-sama berkumpul dan saling
adu pikiran dan kreatifitas bagaimana menyelesaikan permasalahan pasien yang
sedang dimusyawarahkan. Hmm, mau yang lebih jelasnya?
Ronde keperawatan (Nursing Rounds) menurut Nursalam adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan klien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat
primer dan/atau perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
Jadi, seperti pengertian yang telah dikemukakan semua unsur terutama para
perawat itu sendiri punya andil besar dalam ronde keperawatan itu sendiri.
Kita Sudah tahu
pengertiannya, terus timbul pertanyaan baru. Apa untungnya kalau ronde
keperawatan dilaksanakan? Seperti yang penulis ketahui, ronde keperawatan
merupakan salah satu unsur dalam penerapan MAKP (Metode Asuhan Keperawatan
Profesional). Jadi, dengan adanya ronde ini diharapkan dapat menumbuhkan
cara berpikir secara kritis, menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berasal dari masalah klien, meningkatkan validitas data klien, menilai
kemampuan justifikasi, meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja dan
kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan sehingga pelayanan keperawatan
yang diberikan dapat optimal. Namun, praktek di klinik sendiri masih jarang
diimplementasikan karena perawat cenderung mengidentikkan dengan timbang
terima. Padahal jikalau ini diimplementasikan dengan baik, beberapa masalah
mengenai proses perawatan dapat berkurang.
Contohnya kita ambil dari negeri paman sam yang manajemen
keperawatan sudah sangat baik. Di
Negara maju, seperti di Amerika Serikat sistem ronde keperawatan yang
diterapkan yakni ronde tiap jam (Hourly
Rounds). Hourly Rounds atau ronde per jam ini adalah pemeriksaan secara
intensif pada pasien atau klien dengan interval yang teratur. Efek Hourly Rounds oleh Meade et all
dilaporkan bahwa berkurangnya insidensi jatuh (52 %), penggunaan Call lights/ panggilan darurat (37%) dan
penekanan ulkus (14 %). Penerapan Hourly
Round (ronde per jam) ini memang sudah banyak terbukti dapat mengurangi
hal-hal yang tidak diinginkan terjadi selama pasien di rumah sakit. Selain itu,
kepuasan pasien juga meningkat karena pelayanan keperawatan yang diberikan
sangat intens dirasakan oleh pasien.
Apakah di Indonesia
sudah diterapkan juga sistem seperti itu? Penulis membayangkan jika Hourly Rounds ini diterapkan di
Indonesia pasti dapat berefek besar pada profesi “putih-putih” ini dan Rumah
Sakit itu sendiri. Citra keperawatan secara tidak langsung akan bertambah baik
dimata masyarakat dan profesi kesehatan lainnya sehingga kita tidak dianggap
lagi oleh sebagian orang sebagai pembantu dokter dan hanya bisa memberikan
suntik dan memasang infus saja. Dibutuhkan insan-insan keperawatan yang peduli
dengan profesinya. Apakah anda semua
sependapat dengan saya? Semoga saja…