Selasa, 25 Januari 2011


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan bagi individu, keluarga, dan masyarakat pada umumnya guna mengetahui status kesehatannya. Dan setiap layanan keperawatan kepada klien dilakukan dengan menggunakan metode proses keperawatan yang mencakup tahapan pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Penerapan dari proses keperawatan ini, merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat dari seorang perawat terhadap kliennya.
Salah satu kontribusi perawat dalam pengkajian status kesehatan dari kliennya adalah mengambil spesimen dan cairan tubuh dari pasien tersebut untuk diperiksa. Spesimen yang diperiksa dapat mencakup urin, feses, sputum, darah, emesis atau muntah, hapusan, keringat dan bahan pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan spesimen biasanya dilakuakan minimal satu kali pada tiap klien rawat.
Sebelum dilakuakan pemeriksaan terhadap sampel spesimen, ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebagai prosedur penatalaksanaan dari spesimen itu sendiri, diantaranya yaitu  proses pengambilan spesimen mencakup pengumpulan, pengepakan, pengiriman untuk kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap sampel-sampel spesimen tersebut. Pemeriksaan laboratorium dilakuakan terhadap hasil ekskresi dan sekresi tubuh dengan tujuan untuk menetapkan diagnosa masalah dan menilai respon klien terhadap terapi yang telah dijalani.
Dalam penatalaksanaan spesimen, perawat bertanggung jawab untuk memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan klien saat pengambilan spesimen, menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan spesimen pada klien, melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan benar, mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan benar, membawa spesimen segera ke laboratorium serta melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal.
Maka dari itu dapat kita disimpulkan bahwa proses penampungan, penanganan serta penanaman yang cermat terhadap spesimen-spesimen akan melindungi pasien dan menjamin keakuratan hasil pemeriksaan. Untuk itulah, penanganan yang tepat terhadap keluaran tubuh pasien dan ekskresinya dibutuhkan untuk melindungi pemberi asuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah yang coba kami angkat dalam makalah ini yaitu:
1. Apa spesimen itu dan bagaimana jenis-jenisnya?
2. Bagaimana prosedur atau langkah-langkah dalam penatalaksanaan spesimen itu dan apa tujuannya?
3. Bagaimana peran perawat dalam proses penatalaksanaan spesimen?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai ialah:
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang spesimen dan jenis-jenisnya.
2. Mengetahui prosedur dari penatalaksanaaan spesimen beserta tujuannya.
3. Memahami peran perawat dalam proses penatalaksanaan spesimen.








BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Berdasarkan suku katanya, spesimen diartikan sebagai bagian dari kelompok atau bagian dari keseluruhan. Namun jika dikaitkan dengan dunia keperawatan, spesimen merupakan bahan-bahan pemeriksaan yang diambil dari dalam tubuh pasien atau klien sebagai sampel pemeriksaan untuk mengetahui status kesehatan dari si pasien atau klien tersebut.
Karena pentingnya spesimen untuk mendiagnosa penyakit dari pasien atau klien, maka perlu diadakan penatalaksanaan spesimen. Untuk itulah dalam keperawatan telah ada pedoman prosedur dalam penatalaksanaan spesimen itu sendiri.
Tes laboratorium sering dilakukan terhadap cairan tubuh seperti darah dan cairan spinal dan keluaran tubuh seperti urin, feses, dan sputum. Semua spesimen tersebut dianggap sebagai sumber potensial infeksi dan harus diambil dan ditangani dengan cermat dan hati-hati.
Prosedur atau langkah-langkah penatalaksanaan spesimen secara umum meliputi proses pengambilan, penyimpanan, pengiriman, pemeriksaan untuk kemudian menganalisis hasil dan menentukan tindak lanjutnya terhadap spesimen yang ada. Proses pemeriksaan itu sendiri harus dilakuakan di laboratorium dan harus ditangani dengan cermat dan hati-hati, untuk itu semua spesimen harus dikirim ke laboratorium dengan sesegera mungkin dan diberi label dengan baik karena kesalahan dalam memberi label dan menyiapkan spesimen dapat menyebabkan hasil tes menjadi tidak akurat dan dapat membahayakan pasien. Hasil tes laboratorium inilah yang memberikan banyak informasi khususnya bagi dokter tentang kondisi pasien.1

B. Tujuan Penatalaksanaan Spesimen
Salah satu konstribusi perawat dalam pengkajian status kesehatan adalah mengambil spesimen dan cairan tubuh dari pasien atau klien untuk diperiksa. Adapun tujuan umum dari penatalaksanaan spesimen yaitu:2
1. Menetapkan diagnosa masalah
2. Menilai respon klien terhadap terapi yang telah dijalani.
C. Peran Perawat dalam Penatalaksanaan Spesimen
Dalam penatalaksanaan spesimen, tanggung jawab seorang perawat diantaranya meliputi:3
1. Memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat pengambilan spesimen.
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan.
3. Melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan benar.
4. Mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan benar.
5. Melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal.
D. Jenis-Jenis Spesimen dan Prosedur Penatalaksanaan Spesimen
Ada beberapa jenis spesimen yang dijadikan sebagai bahan pemeriksaan untuk menilai status kesehatan dari seorang pasien atau klien, diantaranya sebagai berikut:
1. Spesimen Urin
Urin merupakan subtansi hasil ekskresi organ ginjal yang bersumber dari potensial air yang terdapat dalam darah yang kemudian mengalami proses penyaringan, reabsorbsi, dan augmentasi sehingga diperoleh urin normal.
Urinalisa merupakan tes laboratorium yang paling umum. Spesimen yang diambil adalah urin pada saat pertama kali pasien berkemih di pagi hari. Kandungan urin segar mulai berubah setelah 15 menit. Untuk itu, penting untuk mengambil sampel dengan segera di laboratorium atau memasukkannya ke dalam pendingin sampai pengiriman dapat dillakukan.
Volume urin menentukan berapa jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam. Berdasarkan usia, volume urin normal adalah sebagai berikut:4
No. Usia Jumlah/hari
 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. 1-2 hari
3-10 hari
10 hari-2 bulan
2 bulan-1 tahun
1-3 tahun
3-5 tahun
5-8 tahun
8-14 tahun
14 tahun- dewasa
Dewasa tua 15-60 ml
100-300 ml
250-400 ml
400-500 ml
500-600 ml
600-700 ml
700-1000 ml
800-1400 ml
1500 ml
< 1500 ml
Adapun nilai dan karakteristik normal urin ialah sebagai berikut:
No. Keadaan Normal Interpretasi
1. Warna Kekuning-kuningan Urin berwarna oranye gelap menun-jukkan adanya pengaruh obat, sedangkan warna merah dan kuning kecoklatan mengindikasikan adanya penyakit.
2. Bau Aromatik Bau menyengat merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau penggunaan obat tertentu.
3. Berat- Jenis 1,010-1,030 Menunjukkan adanya konsentrasi urin
4. Kejernihan Terang dan transparan Adanya kekeruhan karena mukus atau pus.
5. pH Sedikit asam (4,5-7,5) Dapat menunjukkan keseimbangan asam-basa, bila bersifat alkali me-nunjukkan adanya aktivitas bakteri.
6. Protein Molekul protein yang besar seperti albumin, fibrinogen, atau globulin tidak dapat disaring melalui ginjal-urin. Pada kondisi kerusakan ginjal, molekul tersebut dapat melewati saringan masuk ke urin.
7. Darah Tak tampak jelas Hematuria menunjukkan trauma atau penyakit pada saluran kemih bagian bawah.
8. Glukosa Adanya sejumlah glukosa  dalam urin tidak berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak. Apabila menetap terjadi pada pasien diabetes melitus.
Adapun tujuan pemeriksaan urin adalah:5
a.   Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin.
b. Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa, fungsi ginjal.
c.   Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon tertentu).
d. Mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih.
Jenis pemeriksaan urin yang dilakukan yaitu urin bersih untuk urinalisis rutin, urin tampung–bersih atau pancar tengah untuk kultur dan spesimen urin sewaktu untuk pemeriksaan berbagai masalah kesehatan.3
Berikut ini adalah prosedur atau langkah-langkah dalam penatalaksanaan spesimen urin  secara umum yaitu:5
1. Pengambilan Spesimen
a.   Wadah Spesimen
1) Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
2) Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
3) Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
4) Wadah berwarna terang.
b. Bahan Pengawet
1) Formalin 37%.
2) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
a.   Cara Pengambilan Spesimen
1) Urine ditampung selama 24 jam.
2) Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian kocok hingga homogen.
c.   Identitas Spesimen.
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
2. Pengiriman Spesimen
a.   Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukkan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
b. Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
c.   Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih dari 3 hari).
3. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam urine, antara lain metode Dithizone dan metode Spektrofotometrik Serapan Atom. Pemilihan metode pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
4. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi. Kadar Timah hitam dalam darah 50 g/100ml. Kadar Timah hitam dalam urine 150g/ml creatinine. Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos) 250 g/100 ml erythrocytes atau 100g/100 ml darah
5. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.
Adapun pemeriksaan spesimen urin secara khusus meliputi urin bersih, urin tengah, dan urin tampung:5
a. Urin Bersih (Clean Voided Urine Specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:
1) Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.
2) Jumlah minimal 10 mL.
3) Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
4) Spesimen harus bebas dari feses.
5) Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
b. Urin tengah (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme khusus agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:
1) Bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus lalu keringkan.
2) Biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan mengeluarkan bakteri yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-hati memegang wadah penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan perineum.
3) Jumlah yang diperlukan 30-60 mL
Prosedur mengumpulkan urin midstream yaitu:5
Langkah Rasional
1. Ikuti kebijakan lembaga dalam pengambilan spesimen. Kebijakan lembaga dapat berbeda –beda dalam metode pengambilan.
2. Kaji status klien
a. Pada saat terakhir kali klien
 berkemih.
b. Tingkat kesadaran atau tahap prkembangan.
c. Mobilisasi, keseimbangan, dan keterbatasan fisik. Dapat mengindikasikan penuhnya kandung kemih.
Menunjukan kemampuan klien. dalam bekerja sama selama prosedur
Menentukan tingkat bantuan.
3. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap pemeriksaan. Informasi memungkinkan dapat mengklarifikasi kesalahpahaman dan meningkatkan kerja sama dari klien.
4. Persiapkan peralatan:
a. Sabun, lap basah, dan handuk. Di gunakan untuk membersihkan,membilas,dan mengeringkan perineum.
b. Peralatan komersial untuk mengambil irine dengan cara bersih,gulungan kapas steril atau bantalan kasa ukuran 2x2.
c. Larutan anti septik
d. Air steril
e. Wadah spesimen steril
f. Sarung tangan steril dan non steril
g. Pispot
h. Label spesimen yang lengkap Membilas larutan antiseptik.
5. Jelaskan prosedur
a. Alasan dibutuhkannya spesimen midstrem.
b. Cara agar klien dan keluarga dapat membantu.
c. Cara mengambil spesimen yang bebas dari feses. Mengurangi ansietas.
Membantu klien mengumpulkan spesimen urin secara mandiri.
Feses dapat merubah karakteristik urin dan dapat menyebabkan nilai pengukuran menjadi salah.
6. Apabila klien tidak merasakan keinginan berkemih yang mendesak, berikan air minum 30 menit sebelum pengambilan urin. Meningkatkan kemampuan berkemih.
7. Privasi klien. Memungkinkan klien bersifat rileks.
8. Berikan sabun, lap basah, dan handuk untuk membersihkan daerah perineum
9. Pakai sarung tangan non steril dan bantu perawatan perineum pada klien yang tidak dapat berjalan. Mencegah penularan mikroorganisme.
10. Ganti sarung tangan. Mengurangi transfer infeksi.
11. Buka peralatan steril atau persiapkan peralatan steril.
12. Tuang antiseptik diatas bola kapas. Bola kapas digunakan untuk membersihkan perineum.
13. Buka wadah steril
14. Bantu dan biarkan klien membersihkan perineum dan mengumpulkan spesimen urinnya secara mandiri.
a. Pria
Pegang penis dengan satu tangan dan bersihkan ujung penis dengan gerakan memutar dari arah tengah keluar dan menggunakan swab antiseptik.
Bersihkan daerah tersebut dengan air steril dan keringkan dengan bola kapas.
Setelah klien mulai mengeluarkan aliran urin ,letakan wadah pengumpul dibawah aliran urin dan kumpulkan 30 – 60 ml.
b.  Wanita
Buka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang tidak dominan.
Bersihkan daerah tersebut dengan bola kapas ,dari bagian depan ke belakang.
     bantu klien membersihkan daerah perineum dan mengumpilkan secara mandiri.
Bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola kapas.
Bengan tetap memisahkan labia, klien harus mulai mengeluarkan urin , dan setelah aliran keluar letakan wadah spesimen dibawah aliran urin dan kumpulkan 30 s/d 60 ml. Mengurangi jumlah bakteri.
Mencegah kontaminasi spesimen dengan larutan antiseptik.
Urin yang pertama keluar. membuang mikroorganisme yang dalam kondisi normal terakumulasi di meatus urinarius dan mencegah bakteri terkumpul di dalam spesimen
Memungkinkan akses kemeatus uretra.
Mencegah kontaminasi spesimen dengan larutan antiseptik.
Urin yang pertama keluar membuang mikroorganisme yangt dalam kondisi normal terakumulasi di meatus urinarius dan mencegah bakteri terkumpul di dalam spesimen.
15. Pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin terhentidan sebelum melepaskan labia atau penis.klien meyelesaikan berkemih dalam bedpend tau toilet. Mencegah spesimen terkontaminasi oleh flora kulit.
16. Tutup wadah spesimen dengan aman dan kuat. Mempertahankan sterilitas bagian dalam wadah.
17. Bersihkan urin yang mengenai bagian luar wadah,dan letakan di kantung plastikn spesimen. Mencegah transfer mikroorganisme dengan orang lain.
18. Pindahkan bedpen dan bantu klien untuk dapat posisi yang nyaman. Meningkatkan lingkungan yang rileks.
19. Berikan label pada daftar spesimen. Mencegah identifikasi yang tidak akurat.
20. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. Mencegah transfer mikroorganisme dengan orang lain.
21. Kirim spesimen ke labort dalam 15 menit atau masukan dalam lemari es. Bakteri dapat berkembang biak dalam urin.
22. Catat tanggal dan waktu pengambilan spesimen dalam catatan keperawatan. Mendokumentasikan implementasi yang diprogramkan dokter.
c.   Urin tampung (timed urin specimen)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
Hal yang perlu dilakukan perawat:5
1) Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih.
2) Beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium.
3) Setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera masukan dalam wadah yang lebih besar.
4) Setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet.
5) Perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi.
6) Wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES.
Selain ketiga jenis spesimen urin tersebut diatas,  ada juga jenis sampel urin lainnya yaitu spesimen urin acak dan juga spesimen kateter indwelling:
d. Spesimen urin acak
1) Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan dari urin klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong pengumpul urin yang mengalami diversi urinarius.
2) Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis.
3) Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat.
4) Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat padsa wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai bagian wadah,meletakan wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.
e.   Spesimen kateter Indwelling
Kateterisasai merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan kateterisasi dapat dilakukan melalui dua cara intermiten (Straight kateter) dan indwelling (foley kateter).4
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi. Maka perawatlah yang akan melakukan prosedur ini.1
2. Spesimen Feses
Feses merupakan bahan fekal (sampah padat tubuh) yang terdiri atas sisa makanan seperti selulose yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, barbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses normal terdiri atas masa padat dan berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.4
Berikut ini pemaparan tentang keadaan feses, meliputi:
No. Keadaan Normal Abnormal Penyebab
1. Warna a. Bayi: Kuning




b. Dewasa: Coklat a. Putih, hitam/tar atau merah.



b. Pucat berlemak 1. Kurangnya kadar empedu, perdarahan saluran cerna bagian atas atau bagian bawah.
2. Malabsorbsi lemak
2. Bau Khas feses dan dipengaruhi oleh makanan. Amis dan perubahan bau. Darah dan infeksi.
3. Konsentrasi Lunak dan berbentuk. Cair Diare dan absorbsi kurang.
4. Bentuk sesuai diameter rektum. kecil, bentuknya seperti pensil. Obstruksi dan peristaltik yang cepat.
5. Konstituen Makanan yang tidak dicerna, bakteri yang mati, lemak, pigmen empedu, mukosa usus air. Darah, pus, benda asing, mukus, atau cacing. Internal bleeding, infeksi, tertelan benda, iritasi, atau inflamasi.
Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
a.   Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat atau klien sendiri. Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac.
b. Analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung empedu.
c.   Mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari berturut-turut.
d. Mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses sedikit untuk dikultur. Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi. Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.
Dalam pengambilan spesimen urine yang perlu digunakan yaitu sarung tangan bersih. Jumlah feses tergantung dari pemeriksaan, umumnya 2,5 cm untuk feses padat atau 15-30 mL untuk cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.
Sebelum pengambilan spesimen feses, perawat perlu mengingatkan klien akan hal-hal berikut:5
a.   Defekasi pada bedpan harus dalam kondisi bersih.
b. Bila memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi.
c.   Jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkapa dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsentrasi, lendir, darah dan lain-lain. Sedangkan pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui tangan).4
Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam pemeriksaan spesimen feses secara umum meliputi:1
a.   Lakukan semua tindakan awal prosedur.
b. Ingat untuk mencuci tangan, mengidentifikasi pasien dan memberi privasi.
c.   Siapkan peralatan yang dibutuhkan:
Bedpan dan penutupnya
Wadah spesimen dan penutupnya
Label yang meliputi:
- Nama lengkap pasien
- Nomor kamar
- Tanggal dan jam penampungan
- Nama dokter
- Pemeriksaan yang diminta
- Informasi lain yang diminta
Tisu toilet
Spatel lidah
Sarung tangan sekali pakai
d. Pakai sarung tangan sekali pakai
e.   Kumpulkan feses dari defekasi harian di bedpan atau popok. Tawarkan air untuk membasuh pada pasien. Bawa bedpan yang tertutup ke ruang peralatan.
f.   Gunakan spatel lidah untuk memindahkan spesimen dari bedpan atau popok dan letakkan di wadah yang tersedia. Jika mungkin, ambil sampel (sekitar satu sendok teh) dari tiap bagian spesimen.
g. Lepas dan buang sarung tangan sesuai peraturan yang berlaku.
h. Cuci tangan anda. Jangan mengkontaminasi bagian luar wadah.
i.   Tutup wadah tersebut dan tempelkan label yang sudah diisi. Pastikan bahwa anda sudah menutupnya dengan erat. Beri label pada wadah dengan benar.
j.   Bawa atau kirim spesimen ke laboratorium dengan segera. (spesimen feses tidak pernah didinginkan).
k. Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur. Ingatlah untuk mencuci tangan anda, melaporkan penyelesaian tugas dan mendokumentasikan waktu penampungan spesimen feses untuk laboratoran dan reaksi pasien.
3. Spesimen Darah
Darah adalah jaringan terspesialisasi yang mencakup cairan kekuningan, yang disebut plasma darah yang di dalamnya terkandung sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Pada pemeriksaan spesimen darah, darah yang diambil yaitu darah vena, kapiler, dan arteri. Pada hitung darah lengkap, dilakukan pemeriksaan terhadap beberapa komponen darah, yaitu:3
1. Sel darah merah, yaitu sel yang berfungsi membawa oksigen.
2. Sel darah putih, berguna sebagai pertahanan tubuh dalam melawan kuman penyebab infeksi.
3. Hemoglobin, protein yang dikandung sel darah merah, yang mampu mengikat oksigen.
4. Hematokrit, perbandingan (dalam persen) antara sel darah merah dan jumlah plasma darah.
5. Trombosit, yaitu sel yang membantu penggumpalan darah jika terjadi perdarahan.
Berikut ini adalah pemeriksaan CBC (complete blood count). Namun, pemeriksaan CBC disetiap laboratorium berbeda-beda hasilnya karena perbedaan alat pemeriksaan:6
1. Hitung sel darah merah: pria (4,7-6,1 juta sel/mikroliter) dan wanita (4,2-5,4 juta sel /mikroliter).
2. Hitung sel darah putih: 4.000-10.000 sel/mikroliter.
3. Hemoglobin: pria (13, 8-17,2 mg/dL) sedangkan wanita (12,1-15,1 mg//dL).
4. Hematokrit: pria (40,7%-50,3%) da wanita (36,1%-44,3%).
5. Hitung trombosit: 150.000-400.000 trombosit/mikroliter.
Prosedur dalam pemeriksaan spesimen darah meliputi:5
1.    Pengambilan Spesimen
a.    Alat Dan Bahan
1) Spuit/disposible syringe
2) Blood lancet
3) Karet pengikat lengan/torniquet
4) Kapas
5) Alkohol 70%
b.   Wadah Spesimen
1) Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di dalam spuit.
2) Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
3) Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.
c.   Bahan Anti Koagulan
1) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam bentuk padat dengan perbandingan 1 : 1.
2) Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.
d. Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
1) Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
2) Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.

e.   Cara Pengambilan Spesimen
1) Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga untuk mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut:
a) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol 70% dan biarkan sampai kering.
b) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
c) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
d) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
2) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior. Cara pengambilan spesimen sebagai berikut:
a) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet, kemudian tangan dikepalkan.
b) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas berakohol 70%.
c) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan lengan.
d) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi 30o dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga volume yang diinginkan.
e) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
f) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
g) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan agar bercampur.
h) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti koagulan.
3) Darah Arteri
Dilakukan untuk pemeriksaan AGD (Analisis Gas Darah). AGD dilakukan untuk mengetahui status respirasi dan status respirasi dan status asam basa darah klien. Area yang diambil adalah arteri radialis, brachialis atau femoralis. Jika jarum mengenai arteri akan terlihat pulsasi darah naik mengisi spuit. Pada wadah darah beri label nama dan MR klien. Berikan penekanan dan waspadai adanya okulsi arteri yaitu kesemutan pada tangan, tangan berwarna pucat dan tidak adanya denyut perifer.3
 
f.   Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.

2. Pengiriman Spesimen Darah
b. Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
c.   Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
d. Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi : tanggal pengiriman, jenis dan jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.
e.   Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan atau laboratorium lainnya.
f.   Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium, pengiriman spesimen maksimum 3 hari.

2. Pemeriksaan Spesimen Darah
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam darah, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom. Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
3. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi. Menurut WHO (tahun 1977) nilai pada orang dewasa normal adalah 10 s/d 25 µg per desiliter.
4. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.
4. Spesimen Sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea. Keluarnya sputum yaitu dengan cara batuk untuk mendorong sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung. Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat.3
Spesimen sputum diambil pagi hari sekali karena sekresi telah terkumpul sepanjang malam, bahan ini bukan hanya saliva tetapi juga dari paru-paru. Spesimen sputum seringkali diambil dari pasien yang mengalami gangguan paru.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
b. Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat
c.   Untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari sputum yang diambil di pagi hari.
d. Pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari, untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah penampung khusus untuk pemeriksaan ini.
e.   Menilai keberhasilan terapi.
Cara pengambilan umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah sebagai berikut:3
a. Lakukan perawatan mulut.
b. Ninta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30 mL.
c. Lakukan kembali perawatan mulut.
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme penyebab penyakit. Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan minta klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan dengan cepat.
Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam pengambilan spesimen sputum secara umum meliputi:1
a.   Lakukan semua tindakan awal prosedur.
b. Ingatlah untuk mencuci tangan anda, mengidentifikasi pasien dan memberi privasi.
c.   Siapkan peralatan yang dibutuhkan:
Wadah dan penutupnya untuk spesimen
Segelas air
Label yang berisi:
- Nama lengkap pasien
- Nomor kamar
- Nomor rumah sakit
- Tanggal dan waktu penampungan
- Nama dokter
- Pemeriksaan yang diminta
- Informasi lain yang diminta
Tisu
Baskom muntah
Sarung tangan
d. Pakai sarung tangan sekali pakai
e.   Minta pasien untuk berkumur. Gunakan baskom muntah untuk membuang kumurannya.
f.   Minta pasien untuk batuk dalam untuk mengeluarkan sputum dan ekspektorasikannya (mengeluarkannya) ke wadah.
Minta pasien untuk menutup mulutnya dengan tisu untuk mencegah penularan infeksi.
Kumpulkan 1 sampai 2 sendok sputum sesuai dengan perintah.
Jengan mengkontaminasi bagian luar wadah.
Catatan: jika yang dikumpulkan adalah spesimen 24 jam, maka waddah ditinggalkan di samping tempat tidur pasien.
g. Lepas dan buang sarung tangan sesuai peraturan yang berlaku.
h. Cuci tangan.
i.   Tutup wadah dengan kencang dan tempelkan label.
j.   Lakukan semua tindakan penyelesaian prosedur. Inatlah untuk mencuci tangan, melaporkan penyelesaian tugas dan mendokumentasikan waktu, pengambilan spesimen sputum untuk laboratorium/warna dan karakter dan reaksi pasien.
k. Bawa dan kirim spesimen ke laboratorium dengan segera.
5. Spesimen Muntah
Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut yang biasanya diawali dengan perasaan mual. Mual dan muntah disebabkan oleh pengaktifan pusat muntah di otak. Muntah merupakan cara dramatis tubuh untuk mengeluarkan zat yang merugikan. Muntah dapat disebabkan karena makan atau menelan zat iritatif atau zat beracun atau makanan yang sudah rusak.7
Beberapa orang menjadi mual dan mungkin muntah karena mengendarai perahu, mobil atau pesawat terbang, Selain itu muntah juga bisa terjadi selama kehamilan, terutama pada minggu-minggu pertama dan pada pagi hari. Banyak obat-obatan, termasuk obat anti kanker dan pereda nyeri golongan opiat seperti morfin, dapat menyebabkan mual dan muntah. Penyumbatan mekanis pada usus akan menyebabkan muntah karena makanan dan cairan berbalik arah dari sumbatan tersebut. Iritasi atau peradangan lambung, usus atau kandung empedu, juga dapat menyebabkan muntah. Masalah psikis juga dapat menyebabkan mual dan muntah (muntah psikogenik).
Ada muntah yang disengaja, yaitu pada penderita bulimia untuk menurunkan berat badannya. Muntah yang disengaja, merupakan respon keadaan untuk memperoleh keuntungan, seperti untuk menghindari pergi ke sekolah.
Muntah psikogenik juga dapat terjadi karena ancaman atau situasi yang tidak disukai yang menyebabkan kecemasan. Muntah bisa merupakan ekspresi dari permusuhan, sebagai contoh ketika seorang anak muntah selama marah. Atau muntah mungkin disebabkan oleh pertentangan psikologis yang kuat. Sebagai contoh, seorang wanita yang ingin memiliki anak bisa muntah pada tanggal atau mendekati tanggal dimana dulu dia mengalami operasi pengangkatan rahim.
Adapun teknik pengambilan spesimen muntah, yaitu:
1. Pasien mencuci tangan sampai bersih.
2. Pasien kemudian disuruh kumur-kumur dengan air bersih atau air steril.
3. Kemudian pasien diminta untuk  membuka mulut, lalu berikan rangsangan atau impuls pada sekitar faring, esopagus, lambung, dan bisa juga pada usus halus sehingga menghasilkan sinyal sensoris yang akan diteruskan ke pusat muntah. Dapat juga dengan mengkonsumsi sesuatu yang bisa memicu pasien untuk muntah namun tetap dalam batasan aman.
4. Tampung muntahan dalam wadah yang steril.
5. Wadah kemudian diberi label dan segera dikirim ke laboratorium.
6. Spesimen Nanah
Nanah merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang berwujud sedikit kental yang timbul dari hasil pertempuran antara sel darah putih dengan benda-benda asing yang masuk melalui luka atau benda pada anggota tubuh.
Teknik pelaksanaan spesimen nanah:
1. Jika luka terbuka, maka terlebih dahulu luka dibersihkan dengan salin steril.
2. Kapas lidi dicelupkan ke dalam salin steril lalu nanah diambil dan langsung dimasukkan ke dalam medium transfort (gunakan 2 kapas lidi).
3. Beri label dan kirim segera ke laboratorium.
4. Jika lukanya tertutup, maka digunakan spoit untuk mengambil sampel yang secara aseptik.
7. Spesimen Cairan
Air beserta unsur-unsur di dalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh, dan cairan ini sebagian berada di dalam  sel (intrasel) dan sebagian di luar sel (ekstrasel).8
Fungsi cairan meliputi:9
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh.
2. Transpor nutrien ke sel.
3. Transpor hasil sisa metabolisme.
4. Transpor hormon.
5. Pelumas antar-organ.
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler.
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:
a. Ginjal
- Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.
- Produksi urin untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
- Pada orang dewasa produksi urin sekitar 1,5 lt/hari.
- Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b. Kulit
- Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merang-sang  aktivitas kelenjar keringat.
- Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam.
- Disebut juga Isensible water loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
c. Paru-paru
- Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari.
- Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal.
- Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml.
- Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
Ada banyak bentuk cairan yang perlu dilakukan mendapatkan pemeriksaan untuk mengidentifikasi penyakit dalam tubuh seorang pasien, diantaranya:
7.1 Cairan Mata
Tes yang dilakukan untuk mengetahui adanya cairan mata salah satunya adalah uji schirmer. Tujuan tes ini yaitu untuk mengetahui fungsi eksresi sistem lakrimal. Uji ini juga untuk menentukan apakah produksi air mata cukup untuk membasahi mata. Dasar pemeriksaan  ini yaitu untuk mengukur sekresi basal dari refleks eksresi sistem lakrimal. Refleks eksresi terutama berasal dari kelenjar lakrimal, sedangkan sekseri basal berasal dari krause.
Adapun alat yang di gunakan yaitu: kertas filter, whatman 41 (panjangnya 35 mm dan lebar 5 mm) yang di lipat 5 mm dari ujungnya.
Teknik pelaksanaan:
1. Pasien di periksa dalam kamar dengan penerangan redup, atau tidak terlalu terang dan tidak ada sinar langsung ke dalam ruangan.
2. Diperiksa tanpa atau dengan lokal anestesi.
3. Pemeriksaan di lakukan pada kedua mata bersamaan.
4. Lipatan kertas filter diletakkan pada 1/3 lateral forniks inferior, dengan bagian lekukan kertas 5 mm di letakkan di belakang kelopak.
5. Pasien diminta memfiksasi matanya pada titik di atas bidang horisontal selam 5 menit.
6. Mata di minta tidak berkedip terlalu banyak.
7. Kertas filter di angkat
8. Di lihat bagian filter yang basah sesudah 5 menit dan di ukur dari bagian filter yang di lipat.
7.2 Cairan Vagina
Vagina adalah organ kopulasi yang juga berfungsi sebagai jalan lahir dan sebagai saluran untuk mengeluarkan darah menstruasi.10
Cairan vagina yang dapat diperiksa adalah cairan liang senggama untuk kecurigaan terhadap keganasan tubuh rahim, atau keganasan saluran telur (indung telur), dan juga cairan yang berasal dari luka alat kelamin luar. Adapun syarat utama cairan yang akan diambil adalah tidak boleh bercampur cairan lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaan.
Teknik untuk  pengambilan cairan vagina meliputi:
a.   Bagian luar
1) Dapat langsung dengan kaca objeknya memakai lidi kapas
2) Selanjutnya dioleskan secara merata kepada kaca objek. Memakai alat khusus dan selanjutnya diolesi pada kaca objek.
b. Liang senggama
1) Dibuka dengan spekulum cocor bebek sehingga mulut tampak.
2) Kapas lidi atau alat khusus dipakai mengambil cairan dan selanjutnya dioleskan pada kaca objek.
3) Setelah dioleskan pada kaca objek dikeringkan, difiksasi dengan alkohol dan dikirimkan ke dokter ahli patologi untuk di cek dan diperiksa sebagaimana mestinya.

7.3 Cairan Otak
Cairan otak yang dikhususkan disini yaitu cairan serebrospinal. Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan dengan banyak cara, diantaranya dengan lumbal punksi, sisternal punksi atau lateral cervical punksi. Lumbal punksi merupakan salah satu cara pemeriksaan neuron yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli.
Adapun tujuan pemeriksaan dengan cara lumbal punki yaitu:
a.   Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan sel, kimia dan bakteriologi.
b. Untuk membantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumor dan spinal anastesi.
c.   Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada pneumo-encephalografi, dan zat kontras pada myelografi.
Teknik  pemeriksaan lumbal punksi meliputi:
a.   Pasien diletakkan pada pinggir tempat tidur, dalam posisi lateral decubitus dengan leher, punggung, pinggul dan tumit lemas. Boleh diberikan bantal tipis dibawah kepala atau lutut.
b. Tempat melakukan pungsi adalah pada kolumna vetebralis setinggi L 3-4, yaitu setinggi crista iliaca. Bila tidak berhasil dapat dicoba lagi intervertebrale ke atas atau ke bawah. Pada bayi dan anak setinggi intervertebrale L4-5
c.   Bersihkan dengan yodium dan alkohol daerah yang akan dipungsi.
d. Dapat diberikan anasthesi lokal lidocain HCl.
e.   Gunakan sarung tangan steril dan lakukan punksi, masukkan jarum tegak lurus dengan ujung jarum yang mirip menghadap ke atas. Bila telah dirasakan menembus jaringan meningen penusukan dihentikan, kemudian  jarum diputar dengan bagian pinggir yang miring menghadap ke kepala.
f.   Dilakukan pemeriksaan tekanan dengan manometer dan test Queckenstedt bila diperlukan. Kemudian ambil sampel untuk pemeriksaan jumlah danjenis sel, kadar gula, protein, kultur baktri dan sebagainya.
8. Spesimen Cairan Lambung
Lambung adalah kantong besar bagian dari saluran pencernaan yang melebar yang terdiri kardiak di sebelah atas dekat jantung, fundus yang membulat dan terletak di tengah, serta pilorus yang berada di dekat usus.
Lambung menghasilkan getah lambung yang berasal dari dinding lambung. Pada dinding lambung yang sangat tebal terdapat beberapa kelenjar getah lambung. Kelenjar getah lambung menghasilkan sekresi asam lambung. Asam lambung mengandung HCl, enzim-enzim pencernaan, dan mukosa. HCl berfungsi membunuh kuman yang masuk ke lambung dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.
Pepsinogen adalah enzim yang belum aktif. Enzim ini akan menjadi aktif setelah menjadi pepsin. Pepsin berfungsi memecah protein menjadi proteosa dan pepton. Lambung yang mengandung enzim renin yang menggumpalkan kasein dalam susu. Mukosa (lendir) pada lambung berfungsi melindungi dinding lambung dari abrasi asam lambung.
Dinding lambung juga tersusun atas tiga lapisan otot yang akan bergerak secara peristaltik jika dinding lambung sedang berkontraksi. Gerakan peristaltik inilah yang mengaduk dan mencampur makanan dengan getah lambung.
Dalam keadaan normal cairan lambung juga mengandung enzim yang dikenal sebagai faktor pembuat darah dari Castle. Faktor ini perlu untuk absorbsi vitamin B12 sianokobalamin (usus hematinik). Tidak adanya faktor ini menyebabkan anemi pernosiosa.8
Perangsangan sekresi asam lambung sebagian diterima dari rangsangan saraf dan sebagian dari rangsangan kimiawi. Sekresi mulai pada awal orang makan, bila melihat dan mencium makanan, akan merangsang sekresi. Hal ini sering disebut “tahap fisik”. Rasa makanan kemudian merangsang sekresi karena kerja saraf. Makanan di dalam lambung menimbulkan raangsangan kimiawi karena menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon (perangsang kimiawi) yang disebut gastrin.
Pemeriksaan cairan lambung bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit yang terjadi pada oragan percernaan terutama organ lambung serta untuk memastikan bahwa cairan yang diproduksi di dalam lambung masih dalam keadaan normal.
Cairan lambung dapat diperoleh dengan teknik menggunakan selang yang dimasukkan melalui oral untuk mengeluarkan spesimen cairan lambung. Namun sebelum selang di masukkan, terlebih dahulu selang dibersihkan hingga steril dan pasien diberikan obat bius untuk mencegah rasa sakit berlebih pada klien. Cairan lambung yang diinginkan kemudian di tampung dalam sebuah wadah yang kemudian segera dikirim ke laboratorium untuk kepentingan pemeriksaan.
9. Spesimen Jaringan Biopsi
Biopsi adalah pembedahan untuk mendapatkan jaringan bagi pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan oleh dokter ahli patologi. Hasilnya memastikan diagnosa dan menjadi dasar bagi pengobatan atau dengan kata lain, biopsi merupakan proses pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimbulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan.11
Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati, dan paru-paru. Beberapa tipe dari biopsi adalah:
a.   Biopsi kapsul, untuk mengambil sampel dari lapisan usus.
b. Biopsi endoskopik, yaitu pengambilan sampel jaringan menggunakan alat yang disebut endoskop.
c.   Biopsi jarum, untuk mengambil jaringan dari organ tubuh atau jaringan di bawah kulit.
d. Biopsi eksisional, untuk mengambil bagian lebih besar dari jaringan.
e.   Biopsi dengan alat untuk membuat lubang (punch biopsy), untuk mengetahui kondisi kulit.
Adapun teknik pengambilan spesimen jaringan biopsi terbagia atas 3, yaiu:
1. Biopsi insisi, pengambilan jaringan dilakukan dengan menembus tumor. Biopsi ini murni untuk menentukan diagnosa hingga harus diikuti dengan tindakan lanjutan apakah operasi dan atau radiasi serta kemoterapi.
2. Biopsi eksisi, pengambilan jaringan dilakukan tanpa menyentuh tumor atau keseluruhan tumor dengan batas bebas tumor. Biopsi ini bersifat diagnosa bagi tumor ganas dan penyembuhan bagi tumor jinak.
3. Biopsi jarum
              
               Gambar. A Gambar. B
Ket: Gambar A: teknik-teknik pengambilan spesimen biopsi
Gambar B: teknik jarum
10. Spesimen Rambut
Penatalaksanaan spesimen rambut dapat dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:5
1. Pengambilan Spesimen
1)  Wadah Spesimen
a)  Wadah spesimen rambut harus bersih dan kering.
b) Wadah spesimen merupakan kantong plastik yang dapat tertutup rapat
2)   Cara Pengambilan Spesimen
a)   Spesimen diambil di kepala bagian belakang.
b)    Ikat rambut sebesar batang korek api dengan menggunakan benang
c)    Potong rambut pada bagian pangkalnya.
d)   Spesimen disimpan dalam kantong plastik tertutup rapat.
3)  Identitas Spesimen.
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
2. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen rambut terkumpul masing-masing dalam kantong plastik tertutup, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar.
2) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium.
3. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam rambut, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom. Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
4. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi.
5. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.




















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dari makalah di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan suku katanya, spesimen diartiakan sebagai bagian dari kelompok atau bagian dari keseluruhan. Namun jika dikaitkan dengan dunia keperawatan, spesimen merupakan bahan-bahan pemeriksaan yang diambil dari dalam tubuh pasien atau klien sebagai sampel pemeriksaan untuk mengetahui status kesehatan dari si pasien atau klien tersebut. Spesimen ada banyak jenisnya, diantaranya yaitu; spesimen urin, feses, darah, sputum, keringat, emesis atau muntah, spesimen dahak, hapusan, lendir, cairan, otak, pleura, cairan-cairan di otak dan paru-paru dan masih banyak jenis lainnya.
2. Prosedur atau langkah-langkah dalam penatalaksanaan spesimen meliputi; kegiatan pengambilan spesimen, dilanjutkan dengan proses pengepakan, pengiriman spesimen, pemeriksaan, hasil pemeriksaan kemudian dianalisa untuk mengetahui tindakan selanjutnya. Adapun tujuan penatalaksanaan spesimen adalah untuk menetapkan diagnosa masalah  serta menilai respon klien terhadap terapi yang telah dijalani.
3. Peran atau tanggung jawab perawat dalam penatalaksanaan spesimen yaitu; memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat pengambilan spesimen, menjelaskan tujuan pemeriksaan, melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan benar, mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan benar, melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal.



B. Saran
Dari pemaparan isi makalah di atas menunjukkan akan pentingnya dilakukan pemeriksaan terhadap spesimen dan cairan tubuh dari seorang pesien atau klien baik itu berupa spesimen urin, feses, darah, sputum dan jenis spesimen lainnya untuk dapat mengetahui status kesehatan dari pasien tersebut.
Untuk itulah, seorang perawat dituntut untuk bisa mengetahui dan mampu menguasai ilmu tentang prosedur atau langkah-langkah dalam penatalaksanaan spesimen, mulai darai proses pengambilan, pengepakan, pengiriman, pemeriksaan hingga proses menganalisa hasil untuk mengetagui apa tindakan selanjutnya yang bisa di berikan kepada klien atau pasien.
Maka melalui makalah ini, kami beharap semoga kita sebagai calon perawat muda kedepan, mampu menguasai keterampilan untuk penatalaksanaan spesimen ini, dan kalau perlu kita dapat menciptakan dan mengembangkan teknologi dalam penatalaksanaan spesimen guna untuk kemudahan dalam menangani masalah penatalaksanaan spesimen itu sendiri yang sangat menuntut kecermatan dan kehati-hatian.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar