Selasa, 25 Januari 2011

pemeriksaan tekanan darah


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
 Di dalam dunia kesehatan, pemeriksaan tekanan darah merupakan hal yang sangat penting dalam proses observasi terhadap status kesehatan pasien. Hal ini disebabkan oleh karena tekanan darah sangat mempengaruhi fungsi sirkulasi darah pada tubuh.
 Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri dan volume dan laju serta kekentalan (viskositas) darah.
 Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung istirahat.
 Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normalnya biasanya 120/80.
 Pada pemeriksaan keadaan umum pasien, observasi tingkat distress pasien. Evaluasi terhadap kemampuan pasien untuk berpikir secara logis untuk menentukan apakah oksigen mampu mencapai otak (perfusi otak).
 Faktor yang menunjukkan bahwa jantung tidak mampu berkontraksi secara memadai atau berfungsi secara efektif sebagai pompa meliputi : penurunan tekana nadi, pembesaran jantung, dan adanya murmur dan irama gallop (bunyi jantung abnormal). (3 : 731)
B. Tujuan
1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri
2. Mempelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi tekanan darah
 Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinidng arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri dan volume laju serta kekentalan (viskositas darah). Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. (3 : 731)
 Tekanan darah arteri, kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampung, mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk ke aorta, tekanan naik sampai puncak yang disebut sistolik. Pada waktu diastolik tekanan menurun sampai puncak titik terendah yang disebut tekanan diastole.
 Ketika seseorang istirahat, jantung memompa darah hanya 4 sampai 6 liter per menit. Pada saat berolahraga, jantung mungkin membutuhkan waktu untuk memompa selama  tujuh kali. Hal ini dimaksudkan yang mana volume memompa oleh jantung beregulasi secara :
(1) Regulasi pompa jantung intrinsik sebagai respon untuk pergantian volume darah yang mengalir di dalam jantung
(2) Jumlah pengendalian jantung dan kekuatan jantung untuk memompa oleh sistem saraf otonom.
B. Mengukur tekanan darah arteri
 Dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut sfigmomanometer dan stetoskop yang dilakukan pada arteri brachialis di lekuk siku yang bisa teraba dengan jelas. Bunyi jantung dapat diketahui dengan mendengarkan pukulan pada arteri brachialis, tempat bunyi pertama sebagai tekanan antara sistol dan diastol.



C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah  :
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu : (4 :138)
1. Kekuatan jantung  memompakan darah, membuat tekanan yang dilakukan jantung sehingga darah bisa beredar ke seluruh tubuh dan darah dapat kembali ke jantung.
2. Viskositas (kekentalan) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel darah yang beredar dalam aliran darah.
3. Elastisitas dinding darah. Di dalam arteri tekanan lebih besar daripada di dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis daripada vena.
4. Tahanan tepi. Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berada dalam arterial. Turunnya tekanan mengakibatkan denyut pada kapiler dan vena tidak teraba.
D. Asal tekanan darah
 Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan yaitu : (6)
1. Tekanan ventricular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistol sampai serendah 0 mmHg saat diastol.
2. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistol sampai serendah 80 mmHg saat diastol. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena efek lontaran balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.
E. Indikasi jumlah tekanan darah
Adapun indikasi jumlah tekanan darah yaitu : (5)
1. Angka tertinggi (sistol) mewakili tekanan saat jantung berkontraksi untuk memompa darah di dalam tubuh.
2. Angka terendah (diastol) mewakili tekanan ketika jantung berelaksasi antar denyutan.
Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sejak lama sebagai bahan rujukan baku untuk pengukuran tekanan. ( 1 : 172 ). Tekanan sistol selalu dinyatakan pertama. Sebagai contoh : 118/76 (118 akhir 76); sistol : 118 dan diastole : 76. Tekanan darah dibawah 120 akhir 80 mmHg (millimeter air raksa) dipertimbangkan sebagai patokan untuk dewasa. (6)
F. Metode pengukuran tekanan darah arteri
Adapun metode pengukuran tekanan darah arteri yaitu : (2 : 564 - 565)
a. Metode palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur dengan metode auskultasi.
b. Metode auskultasi
Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukur dengan metode auskultasi. Suatu manset yang dapat dipompa (manset Riva-Rocci) dihubungkan pada manometer air raksa (sfigmomanometer) kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop diletakkan di atas arteri brakialis pada siku. Manset secara cepat dipompa sampai tekanan didalamnya di atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri brakialis.
c. Metode osilasi
Yaitu dengan melihat osilasi pada manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus di turunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis.



G. Klasifikasi Nilai Tekanan Darah
Berikut ini klasifikasi tekanan darah berlaku bagi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih. Ini didasarkan pada rata-rata pembacaan tekanan darah yang diukur dengan baik selama 2 atau lebih kunjungan kantor. (7)
Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa
Kategori Sistolik, mmHg
diastolik, mmHg

Hypotensi < 90 atau < 60
Normal 90 – 119 Dan 60 – 79
Pra hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Tahap 1 hipertensi 140 – 159 Atau  90 – 99
Tahap 2 hipertensi ≥ 160 Atau  ≥ 100





                 Manometer air raksa       stetoskop
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan
      Pemeriksaan tekanan darah
B. Alat dan Bahan
1. Manometer air raksa
2. Stetoskop
C. Prosedur Kerja
      Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan. Pencatatan tekanan darah ini dengan metode tak langsung.
1. Cara palpasi (Metode Riva Rocci)
      Segala bentuk pakaian harus dilepas dari lengan atas dan manset dipasang ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi (denyut nadi radialis) menghilang. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/dt. Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan yang diharapkan.
2. Cara Auskultasi
      Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Kotrotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolis dan diastolis dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi timbul pada arteri brakhialis yaitu bunyi korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5 cm, antara manset dan meletakkan stetoskop. Mual-mula rabalah arteri brachialis untuk menentukan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan diastole (yang diketahui dari palpasi). Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadi turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi korotkoff.
3. Cara osilasi
      Yaitu dengan melihat osilasi pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis yang di tentukan dengan metoda Riva Rocci. Tekanan manset di turunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus di turunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis.
 Di dalam praktek pada protokol yang kami lakukan, Ketiga cara ini dikombinasikan bertujuan untuk memperoleh hasil memuaskan, dapat dipercaya dan akurat. Adapun  protokol dari pemeriksaan tekanan darah yang kami praktekkan  yaitu ;
1) Tekanan darah istirahat
Ukurlah tekanan darah orang coba setelah berbaring 5menit, setelah duduk 5 menit dan setelah berdiri 5 menit. Orang coba harus benar- benar dalam keadaan santai. Bandingkanlah hasil ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah, gunakan kombinasi ketiga cara tadi.
2) Pengaruh perubahan sikap
Orang coba berbaring 5 menit. Ukurlah TD, Orang coba diminta segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus ke bawah. Tekanan diukur 1, 2, 3, & 4 menit sesudah berdiri.

3) Pengaruh kerja otot
Orang coba diminta untuk melakukan kegiatan misalnya berlari di tempat selama kurang lebih 3- 5 menit kemudian catatlah tekanan darah kontrol ( sebelum kegiatan ).
4) Pengaruh berfikir
Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian orang coba diminta berfikir dengan kuat yaitu memecahkan soal-soal matematika yang susah. Catatlah tekanan darahnya secepat mungkin, kalau perlu begitu selagi berfikir. Bandingkanlah dengan tekanan darah kontrol.
5) Percobaan valsava (valsava manuver)
Buatlah pencatatan kontrol. Orang coba diminta untuk melakukan ekspirasi kuat dengan glottis tertutup (mengedan). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan bandingkan dengan tekanan kontrol.
6) Percobaan muller
Orang coba diminta untuk inspirasi kuat dengan glottis tertutup. Ukurlah tekanan darah dan bandingkan dengan tekanan kontrol.
D. Hasil Percobaan
      Dalam keadaan normal, tanpa dipengaruhi faktor-faktor pengukuran tekanan darah, misalnya pengaruh perubahan sikap,pengaruh kerja otot dan lain-lain.
a. Dengan cara palpasi
Nama : Tn. A
Nama Pemeriksa : Nn. A
Umur : 19 tahun
Hasil pemeriksaan : 120 mmHg
b. Dengan cara auskultasi
Nama : Tn. A
Nama Pemeriksa : Nn. A
Umur : 19 tahun
Hasil pemeriksaan : 120/60 mmHg
c. Dengan cara osilasi
Nama   : Tn. A
Nama Pemeriksa : Nn.A
Umur   : 19
Hasil pemeriksaan : 110/60 mmHg
Protokol
1. Tekanan darah istirahat
Nama : Tn. A
Nama Pemeriksa : Nn. A
Umur : 19 tahun
Hasil pemeriksaan :
       Pada saat baring : 110/80 mmHg
       Pada saat duduk : 120/70 mmHg
       Pada saat berdiri : 120/80 mmHg
2. Pengaruh Perubahan Sikap
Nama : Tn. A
Nama Pemeriksa : Tn. A
Umur : 19 tahun
Hasil pemeriksaan :
Pada saat berbaring 5 menit : 110/80 mmHg
Pada saat berdiri:
Tekanan darah 0 menit : 110/80 mmHg
Tekanan darah 1 menit : 110/90 mmHg
Tekanan darah 3 menit : 100/80 mmHg
Tekanan darah 5 menit : 100/80 mmHg
3. Pengaruh Kerja Otot
Nama : Tn. C
Nama Pemeriksa : Tn. D
Umur : 19 tahun
Hasil pemeriksaan
Sebelum berlari : 110/60mmHg
Setelah berlari  5 menit : 130/80mmHg
4. Pengaruh Berpikir
Nama   : Tn. A
Nama Pemeriksa : Nn. A
Umur   : 18
Hasil pemeriksaan :
Tekanan darah kontrol : 110/80 mmHg
Tekanan darah setelah berpikir : 120/90 mmHg
5. Percobaan Valsava
Nama : Tn. A
Nama Pemeriksa : Tn. A
Umur : 19 tahun
Hasil pemeriksaan :
Kontrol : 110/80 mmHg
Ekspirasi : 120/80 mmHg
6. Percobaan Muller
Nama   : Tn. A
Nama Pemeriksa : Nn. A
Umur   : 18
Hasil pemeriksaan :
Kontrol : 110/60 mmHg
Inspirasi : 120/80 mmHg
E. Analisis hasil percobaan
a. Cara Palpasi
Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi diperoleh hasil pengukuran 120 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan normal. Namun dengan menggunakan cara palpasi ini diperoleh hasil yang kurang akurat karena hanya mengetahui tekanan sistolnya saja.
b. Cara Auskultasi
Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi diperoleh hasil pengukuran 100/60 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam mungkin keadaan anemia karena begadang. Sehingga diperoleh hasil pengukuran tekanan darah normal.
c. Cara Osilasi
Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara osilasi diperoleh hasil pengukuran 110/60 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba  masih dalam keadaan normal dan rileks. Sehingga diperoleh hasil pengukuran tekanan darah normal.
Protokol
1. Tekanan darah istirahat
Pada saat mengukur tekanan darah waktu istirahat di peroleh hasil yang normal dimana pada saat duduk hasilnya 120/70 dan pada saat berdiri hasilnya 120/80, ini disebabkan  jantung memompa darah lebih cepat pada saat berdiri sehingga menyebabkan kekuatan jantung dalam memompa lebih kuat. Dalam hal ini tekanan darah mengalami proses homeostasis atau mekanisme untuk menyeimbangkan tekanan darah dalam tubuh.
Hal ini merupakan indikasi bahwa posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah dimana setiap pergantian posisi tubuh secara teori tekanan darah menurun karena adanya mekanisme menyeimbangkan tubuh. Akibatnya darah dapat sampai ke tempat yang dituju dengan pasokan yang dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengaruh perubahan sikap
Pada saat mengukur tekanan darah  dengan pengaruh perubahan sikap di peroleh hasil pada saat berbaring 5 menit 110/80 dan pada saat berdiri tekanan darah  0 menit 110/80 dan pada saat berdiri selama 5 menit tekanan darah menurun menjadi 100/80. Oleh karena itu, pengaruh perubahan sikap ini sangat berpengaruh.
Ini disebabkan oleh karena posisi berdiri akan memperkuat gaya gravitasi dimana frekuensi jantung tidak mampu meningkat untuk mengkompensasi efek gravitasi pada posisi tegak yang tidak tertahankan sehingga tekanan darah turun. Secara teori tekanan darah dalam pembuluh darah setinggi jantung. Tekanan setiap pembuluh di bawah jantung lebih tinggi dan dalam pembuluh di atas jantung lebih rendah akibat gravitasi.
3. Pengaruh kerja otot
Pada saat mengukur tekanan darah dengan pengaruh kerja otot hasilnya sebelum berlari 110/60 dan meningkat menjadi 130/80 hal ini disebabkan karena keelastisitan dinding aliran darah di pengaruhi oleh otot yang membungkus arteri dan vena.
Kita ketahui bahwa arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung yang mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen sehingga menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat. Dalam proses kontraksi, otot perlu suplai oksigen yang banyak. Hal ini pula menyebabkan meningkatnya curah jantung dan meningkatnya pula aliran darah dalam pembuluh darah.
4. Pengaruh berpikir
Pada saat mengukur takanan darah dengan pengaruh berpikir diperoleh hasil tekanan darah kontrol yakni 110/80 meningkat setelah berpikir menjadi 120/80
Hal ini disebabkan karena pikiran sangat berpengaruh pada saat pengukuran tekanan darah dimana jika orang memiliki banyak pikiran maka tekanan darahnya juga akan meningkat karena otak sangat bekerja pada saat berpikir. Dimana dalam berpikir, diperlukan banyak suplai oksigen dan nutrisi ke otak sehingga menyebabkan kebutuhan dalam proses metabolisme bertambah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, CO juga akan ditingkatkan yang dimana selanjutnya akan meningkatkan aliran balik vena sehingga tekanan darah pun meningkat. Selain itu, otak pun memerlukan tekanan yang lebih kuat.
5. Percobaan Valsava (Valsava Manuver)
Sewaktu mengukur tekanan darah dengan ekspirasi kuat dengan glottis tertutup (mengedan) dalam hal ini diperoleh hasil pengukuran tekanan darah yaitu 120/80mmHg.
Hal ini disebabkan karena pada saat ekspirasi dalam rongga toraks turun sehingga tekanan CO2 dalam paru-paru menurun. Tekanan akan turun pada saat arteri ukurannya besar karena resistensinya terhadap aliran darah rendah. Pada saat ekspirasi, tekanan darah akan menurun akibat dari adanya tekanan intratoraks sehingga aliran kembali di pembuluh vena menurun yang mengakibatkan curah jantung menurun dan terjadi penurunan tekanan darah. Dalam hal ini, mengakibatkan terjadinya perubahan pada tekanan darah kontrol orang coba.
6. Percobaan Muller
Pada waktu pengukuran tekanan darah dengan inspirasi dalam, tekanan darah meningkat menjadi 110/60 mmHg. Hal ini disebabkan karena pada saat inspirasi dalam rongga toraks naik sehingga tekanan CO2 dalam paru-paru meningkat.
Tekanan akan turun pada saat arteri ukurannya besar karena resistensinya terhadap aliran darah rendah., faktor lain yang menyebabkan tekanan pada saat inspirasi adalah kekentalan darah. Karena pada waktu inspirasi, epiglottis tertutup maka volume CO2 sehingga konsumsi CO2 menurun dan protein plasma dan oleh jumlah sel darah dalam aliran darah menyebabkan viskositas darah. Kecepatan aliran darah mengalir tergantung pada ukuran palung yang ada pada pembuluh dan kelompok pembuluh. Pada pelebaran pembuluh darah yang dilalui aliran darah yang sama jumlahnya menyebabkan perlambatan arus secara nyata. Di dalam aliran yang sangat lambat ini, terjadi pertukaran gas. Penyerapan zat makanan dan bahan yang terpakai lagi antara sel-sel darah merah dan plasma di dalam kapiler dengan cairan dan sel dalam jaringan tubuh.


























BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Cara-cara pengukuran tekanan darah yakni :
a. Cara palpasi (metode Riva Rocci)
b. Cara auskultasi
c. Cara osilasi
2. Faktor yang mempertahankan tekanan darah :
a. Kekuatan memompa jantung
b. Banyaknya darah yang beredar
c. Kecepatan aliran darah
d. Gerakan yang dihasilkan pernapasan
3. Inspirasi dalam merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan darah yaitu :
1. Nutrisi
2. Kelelahan
3. Istirahat yang kurang
B. Saran
1. Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya pembimbing praktikum dihadirkan supaya kami lebih dapat mengerti akan percobaan yang kami lakukan.
2. Kami mengharapkan agar asisten dosen mampu mempertahankan apa yang dimilikinya sekarang dan harapan untuk dapat ditingkatkan kembali dan jangan cepat merasa puas terhadap prestasi yang diperoleh.
3. Kami mengharapkan pada praktikum  selanjutnya untuk dapat konsisten terhadap waktu yang telah disepakati sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton Arthur. 2007. Ed. 11. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC
2. Ganong,William. 2002. Ed.20. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC

3. Smeltzer,Suzanne. 2001. Ed. 8.Vol.2. Buku ajar keperawatan medical-bedah
           Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

4. Syaifuddin. 2006. Ed. 3. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.
     Jakarta: EGC

5. Max,John.2009.Blood Pressure. Http://www.americanheart.org/presenteer.jhtml.
     last updated minggu 5 Juli 2010

6. Lindsey.2008.TekananDarah. In http://lindseylaff.blogspot.com/2008/09/tekanan-
     darah.jhtml.  last updated minggu. 5 Juli 2010

7. Michael,Newman.2009.Classification.in http//en.wikipedia.org/wikiblood-
     plessure.com. last updated 4  juli 2010

8. Agustina Srie.2005. jantung. http//www.wikipediensiklopedia/Heart.com.last
     updated 4 Juli 2010

9. Guyton Arthur. 2007.Ed. 11. Textbook of medical physiology. Jakarta : EGC

10. Taylor, Shelley. 2003.Ed. 15. Health psychology. Los Angeles: Mc Graw-Hill

11. Stanton, Bruce. 2004. Ed. 5. Physiology. Hanover: Mosby








DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Daftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Tujuan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
A. Definisi tekanan darah 2
B. Mengukur tekanan darah 2
C. Asal tekanan darah 3
D. Indikasi jumlah tekanan darah 3
E. Metode pengukuran tekanan darah arteri 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 6
A. Nama percobaan 6
B. Alat dan bahan 6
C. Prosedur kerja 6
D. Hasil percobaan 8
E. Analisis hasil percobaan 10
BAB IV PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
Daftar Pustaka
Lampiran




LABORATORIUM FISIOLOGI
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Samata, 3 Juli 2010
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH







Nama : Bahtiar
NIM/Kelas : 70300109015 / Keperawatan A2
Pembimbing : Hj. Halwatiah, S. Kep, Ns, M. Kes
Asisten : Maesharah Rosyadi



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2010





























hubungan antar manusia


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Semua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan memprtahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi seseorang adalah suatu proses yang melibatkan perilaku dan interaksi antar individu dalam berhubungan dengan orang lain.
            Komunikasi merupakan komponen penting dalam praktik keperawatan. Mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan adalah contoh tehnik-tehnik komunikasi yang dilakukan oleh perawat selama praktik.
            Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan klien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien, maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka membantu mengatasi masalah klien.
            Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius baik bagi perawat maupun klien. Perawat yang enggan berkomunikasi dengan menunjukkan raut wajah yang tegang akan berdampak serius bagi klien. Klien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan klien.
            Komunikasi yang efektif merupakan sukses perawat dalam membantu mengatasi masalah klien. Perawat tidak lepas dari proses komunikasi karena dalam menjalankan perannya perawat perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1.    Bagaimana pengertian hubungan antar manusia?
2.    Bagaimana fungsi dan prinsip-prinsip komunikasi?
3.    Bagaimanakah faktor-faktor yang menentukan terjadinya interaksi sosial?
4.    Bagaimana hal-hal mendasar yang perlu dalam pengembangan Helping Relationship?
C. Tujuan
           Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1.  Untuk Mengetahui pengertian hubungan antar manusia
2.  Untuk Mengetahui fungsi dan prinsip-prinsip komunikasi.
3.  Untuk Mengetahui faktor-faktor yang menentukan terjadinya interaksi sosial.
4.  Untuk Mengetahui hal-hal mendasar yang perlu dalam pengembangan Helping Relationship.












BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hubungan Antar Manusia
            Hubungan atau lebih khusus komunikasi antar manusia merupakan interaksi yang terjadi antara dua atau lebih individu dan perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi yang terjadi dapat secara langsung dengan bertatap muka, berbicara, bercanda atau berdiskusi bersama. Interaksi juga dapat terjadi secara tidak langsung, misalnya dengan menggunakan symbol-simbol yang bermakna, sebagai contoh penggunaan pakaian warna hitam sebagai ungkapan duka ketika ada orang yang meninggal dunia.
            Hubungan antar manusia merupakan dasar terjadinya interaksi dan komunikasi antara tenaga kesehatan sebagai petugas pelayanan kesehatan dengan klien sebagai pemanfaat layanan kesehatan. Hubungan yang terjalin dengan baik akan mempermudah pengalihan ilmu pengetahuan, perilaku dan budaya kesehatan. Proses interaksi sering melibatkan perasaan dan kata-kata yang diucapkan dalam komunikasi yang mencerminkan perasaan dan emosi seseorang dalam berkomunikasi. Hubungan antarmanusia pada pelayanan kesehatan yang terjadi antara perawat dan klien merupakan hubungan terapeutik.4
            Komunikasi teraupetik sendiri menurut Suliswati (2005: 12) adalah suatu bentuk komunikasi yang direncanakan secara sadar untuk membantu penyembuhan/ pemulihan pasien.6 Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi serta pertukaran pikiran, perasaan: dapat mempengaruhi  pasien untuk mengubah kebiasaan

                                                 
4  Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 67
    6 Suliswati, dkk. 2005. Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: BukuKedokteran EGC. Hal 12
yang kurang menunjang kesehatan menjadi suatu kebiasaan hidup yang sehat: membantu pasien agar mampu menghadapi kenyataan, sehingga ia dapat memahami diri sendir secara lebih baik, serta mencapai tarap kemampuan beradaptasi yang baru sesuai dengan situasi yang dihadapinya; dan bagi perawat, memungkinkan ia mendapatkan umpan balik atas tindakan yang telah dilakukannya.
            Keperawatan merupakan tindakan pelayanan untuk membentu mengurangi, meringankan atau menghilangkan masalah kesehatan klien, baik masalah fisik, psikis, social, maupun masalah kegiatan spiritual pasien. Tindakan keperawatan merupakan proses hubungan yang aktif antara perawat dengan klien. Pelayanan keperawatan yang efektif memerlukan kemampuan komunikasi yang baik dari perawat atau tenaga kesehatan yang lain. Komunikasi merupakan keterampilan profesional yang harus dimiliki perawat profesional agar terjalin hubungan terapeutik.
            Komunikasi efektif seperti dinyatakan  Ashley Montagu (Rakhmat, 2005: 12), kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Anak kecil hanyalah seonggok daging sampai ia belajar mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya melalui tangisan, tendangan ataupun senyuman. Komunikasi yang efektif menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss paling tidak menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.7
            Pengertian komunikasi (Mufid,2005:3) yang disimpulkan dari beberapa ahli:
1.    Komunikasi merupakan proses dimana individu dalam hubungannya dengan orang lain, kelompok, organisasi, atau masyarakat merespon dan menciptakan pesan untuk berhubungan dengan lingkungan orang lain.
2.    Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi, biasanya melalui sistem simbol yang berlaku umum dengan kualitas bervariasi.
3.    Komunikasi terjadi melalui  banyak  bentuk,  mulai  dari 2 orang yang bercakap secara  hadap-hadapan, isyarat  tangan  hingga  pada pesan yang dikirim  secara global keseluruh dunia melalui jaringan telekomunikasi.
                                           
7 Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rodaskarya
   
4.    Komunikasi terjadi melalui banyak bentuk, mulai dari 2 orang yang bercakap secara hadap-hadapan, isyarat tangan hingga pada pesan yang dikirim secara global keseluruh dunia melalui jaringan telekomunikasi.3
              Ditinjau dari ilmu komunikasi menurut Prof Onung Uchjana (2006: 138), hubungan manusiawi termasuk ke dalam komunikasi antar personal sebab berlangsungnya pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.8
              Hubungan manusia dalam arti luas adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Berhasilnya seseorang dalam melakukan hubungan manusiawi ialah karena ia bersifat manusiawi; ramah, sopan, hormat, menaruh penghargaan dan lain-lain sikap yang bernilai luhur.
              Hubungan manusia dalam arti sempit adalah juga interaksi seseorang dengan orang lain. Ciri khas hubungan manusiawi adalah interaksi atau komunikasi antar personal yang sifatnya manusiawi.  Karena manusia yang berinteraksi itu terdiri atas jasmani dan rohani, yang berakal dan berbudi, yang selain merupakan makhluk pribadi juga makhluk sosial, maka dalam melakukan hubungan manusiawi kita harus memperhitungkan diri manusia dengan segala kompleksitasnya. Adapun pengertian dan tujuan lain hubungan antarmanusia adalah keseluruhan proses interaksi antar manusia pada suatu organisasi baik yang terjadi secara formal maupun non- formal. Melalui proses ini dapat dikembangkan suatu team-work  yang serasi dan harmonis sehingga akan mendukung tercapainya tujuan organisasi.




3 Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada Media.hal 3

8 Uchjana, Onung. 2006. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal 138
Tujuan lain untuk memahami proses HAM yakni:
a.       Mendapatkan pengertian bahwa HAM yang baik hanya dapat dicapai melalui saling menghargai dan adanya kesediaan semua pihak untuk mau mengerti perilaku pihak lainnya.
b.      Dapat mengerti sifat masing-masing indifidu atau kelompok lain seperti apa adanya.
c.       Mempertahankan hubungan baik dengan menggunakan sikap, bahasa, dan tindakan yang dapat menurunkan ketegangan emosi pihak lain yang diajak berinteraksi (aspek komunikasi).
Dari pengertian dan tujuan yang ingin dicapai melalui pengembangan proses HAM, akan dapat diketahui bahwa berkembangnya HAM yang positif dan dinamis akan dapat menumbuhkan motifasi kerja dalam melakukan tugas-tugasnya.5
B. Fungsi Komunikasi
Dalam aktifitas keseharian, fungsi komunikasi sangat luas dan menyentuh pada banyak aspek kehidupan. Beberapa fungsi komunikasi tersebut antara lain:
a.    Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
b.    Sosialisasi
Dengan komunikasi,  sesuatu yang ingin disampaikan dapat disebarluaskan ke masyarakat luas. Fungsi sosialisasi ini sangat efektif bila dilakukan dengan pendekatan yang tepat, misalnya komunikasi massa baik langsung maupun tidak langsung (melalui media).


5 Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
c.     Motivasi
Motivasi merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan agrumentatif dapat berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh komunikator
d.    Perdebatan dan diskusi
Suatu permasalahan yang masih controversial atau polemik dalam hubungan dengan masalah-masalah publik dapat dibahas dan diselesaikan dengan menggunakan komunikasi yang intens baik melalui bebat maupun diskusi.
e.     Pendidikan
Merupakan proses pengalihan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif
f.     Memajukan kehidupan
 Contoh dari fungsi komunikasi ini adalah menyebarkan kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetika dan lain-lain.
g.    Hiburan
 Dunia entertainment telah banyak muncul dari produk komunikasi, misalnya lawak, menyanyi, drama, seni dan lain-lain.
h.    Integrasi
 Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesan yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperilaku, dan berpola pikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan memahami pandangan orang lain dapat diperoleh dari komunikasi yang dilakukan.4


                                                 
4  Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
   Komunikasi merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dengan peran perawat. Pelaksanaan komunikasi yang baik sangat bermanfaat dalam keberhasilan perawat melaksanakan tugasnya. Secara umum komunikasi berfungsi sebagi media informasi, pendidikan, himbauan atau ajakan dan hiburan bagi klien.
C. Prinsip-Prinsip Komunikasi
Untuk lebih memahami hakekat suatu komunikasi perlu adanya dasar pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip dalam berkomunikasi sebagaimana yang disampaikan oleh Seiler (1988) (dalam Mundakhir, 2006: hal 15-16), bahwa prinsip dasar dari komunikasi ada empat yaitu suatu proses, sistem, interaksi dan transaksi, dan suatu yang disengaja maupun tidak disengaja.
1.      Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi adalah suatu proses yang merupakan suatu seri kegiatan yang terus menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah serta berdampak pada terjadinya perubahan
2.      Komunikasi adalah suatu sistem
Masing-masing elemen atau unsure dalam komunikasi sangat terkait dan mempengaruhi dalam proses komunikasi yang efektif. Satu elemen atau unsure tidaklah lebih penting disbanding elemen yang lain.
3.      Komunikasi merupakan suatu interaksi dan transaksi
Interaksi dalam komunikasi adalah saling bertukar pesan atau fikiran.
4.      Komunikasi dapat terjadi secara disengaja maupun tidak disengaja
Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang akan disampaikan disiapkan terlebih dahulu dan dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan.4

4 Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dalam komunikasi keperawatan dikenal Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik (Mundakir, 2006: 121-122) yakni:
1.      Perawat harus mengenal dirinya sendiri berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2.      Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
3.      Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
4.      Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.      Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
6.      Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
7.      Mampu menetukan batas waktu yang sesuai dan mampu mempertahankan konsistensinya.
8.      Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik.
9.      Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
10.  Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan fisik, mental, social, spiritual dan gaya hidup.
11.  Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang mengganggu.
12.  Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
13.  Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14.  Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
15.  Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain tentang apa yang dikomunikasikan.4
Pengaruh luar/suara
 

Penerima Pesan                                      Media                                   Penerima Pesan


Pikiran                                                   udara                                     pikiran
Gambaran mental                                  radio                                      gambaran mental
Perasaan                                               telepon                                    perasaan
Persepsi                                                 simbol                                    persepsi
                                                             Televisi
                                                             Tulisan

       Umpan Balik
Gambar 1-1 proses komunikasi 6
Sumber: (Suliswati. 2005: 11)
         Untuk menerapkan HAM, baik antar individu maupun antar kelompok dalam suatu korganisasi diperlukan pengertian tentang prinsip dasar HAM. Pemahaman ini dapat membantu individu atau kelompok mengurangi hambatan dalam proses penyesuain diri terhadap lingkungannya. Ada 10 prinsip dasar HAM atau “ The
                                               
6 Suliswati, dkk. 2005. Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
4 Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ten Principal of Human Reletain” yang dapat digunakan untuk mengembangkan HAM. Ke sepulluh prinsip pokok itu adalah sebagai berikut:
1.      Harus ada sinkronisasi antar tujuan bersama dengan tujuan masing-masing     individu dalam organisasi.
2.      Tercipta suasana pergaulan yang menyenangkan.
3.       Berkembangnya hubungan antar individu yang wajar dalam proses interaksi atau pergaulan sehari-hari.
4.       Sadar akan hakikat perbedaan antar individu.
5.       Memberikan dorongan untuk kemajuan masing-masing individu dalam suatu interaksi.
6.       Tercipa suasana yang menarik dalam proses interaksi.
7.       Harus dapat menghargai individu lain jika berinteraksi dalam suatu kegiatan.
8.       Harus dapat melengkapi kebutuhan berkembangnya proses interaksi antar individu.
9.       Saling menghargai propesi yang dimiliki masing-masing individu.
10.  Berilah pujian yang wajar terhadap kegiatan yang telah dilakukan orang lain.
          Seorang menejer organisasi kesehatan sebaiknya menggunakan kesepuluh prinsip dasar HAM sebagai pegangan untuk mengembangkan interaksi yang dinamis antar staf atau anatar kelompok masyarakat yang diberikan.8
D. Landasan Daya Tarik dalam Interaksi Manusia
        Dalam kehidupan sehari-hari rasa suka dan daya tarik terhadap seseorang menjadi faktor penting dalam menjalin hubungan dengan sesame. Beberapa faktor daya tarik yang dapat mempengaruhi proses hubungan antar manusia sebagaimana


8 Uchjana, Onung. 2006. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

yang disampaikan Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Mundakhir, 2006: 58-61) adalah kedekatan greogafis, kemiripan dan situasi.
1.      Kedekatan Geografis (proksimitas)
Pepatah jiwa mengatakan “trisno jalaran soko kulino” artinya cinta muncul karena kebiasaan bertemu, bertatap muka, bercanda atau saling berpandangan. Pepatah ini mengisyarakan bahwa betapa besar pengaruh kedekatan dalam menjalani hubungan satu sama lain. Banyak pengalaman yang kita saksikan tentang hubungan itu terjadi. Sepasang kekasih yang tidak jarang yang gagal, berpisah karena faktor jarak yang berjauhan, sebaliknya seseorang yang awalnya benci menjadi cinta karena dekatnya atau seringnya bertemu. Dalam kontek hubungan sosialpun sering kita saksikan seseorang terkesan lebih nyaman bila ngobrol dengan sesame kelompoknya yang sering bertemu dan jarak yang dekat dibanding dengan orang yang jarang bertemu karena jauh tempatnya. Seorang perawat bedah akan merasa nyaman berkomunikasi dengan sesame perawat atau
dokter yang bertugas di Ruang Bedah disbanding dengan harus berkomunikasi dengan perawat atau dokter yang bertugas ditempat lain.
2.      Kemiripan (Similarity)
Dalam suatu penelitian mengenai pemilihan pasangan hidup, Buss (1985) sebagaimana dikutip oleh Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (2000) menemukan bukti kuat bahwa pemilihan pasangan hidup ini didasarkan pada kemiripan. Misalnya mirip dalam hal usia, pindidikan, latar belakang etnik, agama, ras, status social ekonomi, disamping kepribadian, sikap, gaya busana dan sebagainya. Dengan demikian bila kita mengetahui tentang sikap, kepribadian, nilai-nilai yang dianut, dan latar belakang seseorang kita akan dapat meramalkan tentang siapa yang akan berkawan dengan siapa. Perawat mungkin akan lebih memilih berhubungan dekat dangan sesama petugas kesehatan dibanding berhubungan dekat dengan petugas keamanan. Seorang pasien akan merasa aman bila curhat dengan pasien lain yang mempunyai masalah kesehatan yang hamper sama. Faktor kemiripan ini seolah menjadi pendukung dalam proses hubungan antar manusia.
3.      Situasi
a.      Rasa suka timbal balik yang dipersepsi
Perasaan suka atau daya tarik seseorang akan muncul kuat bila orang lain yang disukai memberikaan respon balik yang sama. Situasi ini cukup berpengaruh dalam menjalani hubungan dengan orang lain. Seorang perwat akan merasa lebih senang dalam memberikan perhatian dan berkomunikasi dengan klien apabila klien tersebut merespon dan mengikuti nasehat perawat, sebaliknya bila respon klien tidak sesuai dengan harapan perawat, maka tidak jarang perawat akan “membiarkan atau cuek” terhadap klien tersebut. Meskipun hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip dalam memberikan pelayanan keperawatan, namun dalam kontek hubungan atau komunikasi antar manusia, hal tersebut cukup bisa dimaklumi. Timbal balik rasa suka terhadap seseorang dapat dijelaskan dengan dua alasan, pertama orang yang menyukai anda meningkatkan harga diri anda, dan kedua perilaku rasa sukanya merupakan suatu pujian, dan anda mengembalikan pujian itu dengan rasa suka juga.  
b.      Perubahan dalam penghargaan diri
Hubungan yang kita lakukan dengan orang lain akan terasa lebih mantap dan nikmat bila hubungan kita membawa pengaruh pada peningkatan harga diri. Seorang perawat akan merasa bangga bila dia bersahabat dengan orang yang lebih pintar dari dia karena hal tersebut selain dapat menambah pengetahuannya juga meningkatkan citra dirinya dihadapan orang lain. Situasi ini secara tidak langsung akan mengembangkan harga diri seseorang dalam menjalani hubungan. Penelitian menunjukkan bahwa ketika harga diri menurun, kebutuhan kita meningkat untuk berhubungan dengan orang lain. Pada saat itulah orang-orang yang mulanya tidak menarik bvisa tampak lebih menarik dan menyenangkan sebagai kawan berkomunikasi.
c.       Kecemasan
Kecemasan mempengaruhi kebutuhan kita untuk berinteraksi dengan orang lain. Situasi-situasi yang menimbulkan kecemasan akan meningkatkan kebutuhan anda untuk bersama-sama dengan orang lain juga mengubah criteria anda untuk memilih teman. Salah satu anggota keluarga klien sedang menunggu harap-harap cemas tenang keluarganya yang sedang menjalani operasi section cesaria, anggota keluarga klien yang lain yang juga sedang menunggu kelahiran anaknya diruang operasi. Kebutuhan berinteraksi tersebut muncul karena kecemasan yang terjadi pada anggota keluarga yang sedang menunggu kelahiran anaknya melilui operasi cesaria. 
d.      Isolasi
Kesendirian yang terjadi menimbulkan kesepian dan membutuhkan hubungan dengan orang lain. Kesendirian dalam waktu singkat mungkin perlu namun kesendirian yang berlangsung lama akan sangat menyiksa. Naluri manusia untuk berkumpul dan berinteraksi dengan manusia lian menjadikan situasi kesendirian sebagai hukuman. Seorang pasien yang mengidap penyakit menular akan di isolasi dalam ruangan tertentu, dia tersiksa secara fisik dan psikis, dia butuh teman untuk ngobrol, curhat dan ketenangan dalam menjalani hidup.
e.       Kebutuhan-kebutuhan yang saling melengkapi
Teori kebutuhan komplementer tampaknya bertentangan dengan beberapa hasil penelitian mengenai kemiripan yang kita telah bahas. Menurut pandangan ini dalam memilih pasangan hidup dan bahkan kawan, kita tertarik pada orang yang paling mungkin memuaskan kebutuhan kita. (Winch, 1958). Seorang teman mungkin mempunyai kebutuhan kuat untuk mendominasi hubungan, sementara yang lain merasa lebih nyaman dengan sikapnya yang submisif. Seorang istri yang kalem mungkin merupakan pasangan yang sempurna bagi pria yang ekstrovert yang mendominasi setiap pertemuan dengan cerita-cerita lucu, atau sebaliknya.4
E. Faktor-Faktor Yang Menentukan Terjadinya Interaksi Sosial
              Ada dua faktor yang menentukan terjadinya interaksi sosial (Mundakhir, 2006: 63-67)
1.      Adanya rasa percaya
Percaya adalah perasaan dan sikap mengandalkan perilaku orang lain untuk untuk mencapai tujuan yang dikenhendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Eddin, 1967). Definisi tersebut menjelaskan tiga hal, pertama bahwa seseorang yang percaya mempunyai potensi untuk tergantung pada orang yang dipercayai bila rasa percayanya tidak berdasarkan alasan yang kuat, kedua rasa percaya yang tidak berdasar akan menimbulkan seseorang dalam posisi yang penuh resiko, hal ini terjadi bila ada unsure  pengkhiatan trhadap kepercayaan yang diberikan, dan yang ketig rasa percaya menumbuhkan harapan dan mempererat hubunga antar manusia. Komunikasi antar manusia tidak akan berjalan baik dan bila tidak ada rasa saling percaya. Seorang klien tidak akan kooperatif dengan petugas kesehatan bila klien sudah tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh petugas kesehatan tersebut.
John C. Maxwell (2004) dalam bukunya “ Leadership 101” menyebutkan tiga macam sifat yang dapat memupuk rasa percaya, yaitu kompetensi, koneksi,dan karakter. Anda akan percaya kepada orang lain karena kemampuan yang dimilikinya dan mungkin anda akan mentolerir kesalahannya karena kemampuan mereka lebih di banding anda.    
2.      Sikap sportif
Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri dalam


4 Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 58-61
komunikasi yang terjadi dalam interaksi social. Dengan kata lain bahwa sikap sportif adalah sikap yang dapat menerima, berempati, dan mempunyai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain. Sikap defensive akan sangat mengganggu proses interaksi antar umat karena sikap ini lebih berorientasi pada kepentingan pribadiketimbang harus menerima dan berusaha memahami pesan orang lain. Jack R. Gibb (1961) mengemukakan adanya enam perilaku yang membedakan seseorang itu berada dalam sikap defensive atau sikap sportif.
a.       Evaluasi vs Diskripsi
Evaluasi adalah penilaian terhadap orang lain yang dapat berupa pujian atau kecaman. Seseorang akan merasa terancam bila dievaluasi, hal inilah yang akan menimbulkan sikap defensife. Sedangkan deskripsi adalah penyampaian penjelasan tentang perasaan dan persepsi seseorang tanpa ada unsure penilaian. Mendeskripsikan seseorang tentang sesuatu merupakan bentuk penghargaan dan perhatian kepada mereka.
b.      Control vs orientasi masalah
Perasaan terganggu dan tidak nyaman muncul ketika ada orang yang memantau atau mengawasi perilaku kita. Kita merasa tidak tenang dan berusaha menghilangkan dan menentang seseorang yang mengomtrol kehidupan kita. Sikap mengontrol orang lain akan menyebabkan hubungan tidak jalan karena salah satu pihak merasa terancam otoritasnya. Orientasi masalah adalah upaya untuk memecahkan masalah dengan mengkomunikasikan persoalan kepada orang lain untuk bekerjasama mencari pemecahannya. Dalam orientasi masalah kita tidak mendikte alternative yang kita tawarkan namum kita menawarkan dan mengajak orang lain untuk bersama-sama mencari, menetapkan dan memutuskan cara yang paling tepat untuk mencapai tujuan bersama.
c.       Strategi vs spontanitas
Strategi adalah cara yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain. Strategi ini biasanya digunakan melalui perencanaan khusus karena adanya maksud atau tujuan yang hendak dicapai. Seseorang akan menghindar, bersikap defensive dalam berkomunikasi bila mereka mengetahui kalau kita melakukan strategi dalam berkomunikasi. Sebaliknya, spontanitas merupakan respon langsung, jujur, dan bebas dari motif yang tersembunyi. Spontanitas menunjukkan karakter dan kejujuran seseorang. Mereka akan lebih membuka diri dalam berkomunikasi dengan orang lain seperti ini.
d.      Nertalitas vs Empati
Nertalitas berarti sikap impersonal, memperlakukan orang lain tidak sebagaimana mestinya, menunjukkan sikap acuh tak acuh, cuek tidak menghiraukan perasaan  orang lain. Bila lawan komunikasi kita seperti itu , maka kita akan bersikap defensive untuk berhubungann dengan mereka. Sebaliknya empati merupakan sikap memahami orang lain, tidak secara emosianal, menempatkan diri secara imajinatif pada posisi orang lain, seakan-akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Empati menimbulkan rasa percaya dan mengembangkan sikap positif dalam berkomunikasi.
e.       Superior vs Persamaan
Sikap menunjukkan diri lebih tinggi karena status, kekuasaan, kemampuan, kecerdasan, kekayaan, kecantikan, atau sebagainya dibanding orang lain merupakan sikap yang membatasi diri dari hubungan atau interaksi dengan orang lain. Sikap-sikap superior  akan menimbulkan orang lain menutup diri, sebaliknya pengaku persamaan, tidak membeda-bedakan satu sama lainakan membuka kran komunikasi. Sikap ini dapat meningkatkan harga diri dan menghilangkan perasaan rendah diri orang lain.
f.       Kepastian vs Provinsialisme
Di dunia ini tidak ada sesuatu yang bersifat pasti. Seseorang yang merasa memiliki kepastian umumnya bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan menilai pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa di ganggu gugat. Sebaliknya provinsialisme adalah kesediaan meninjau kembali pendapat orang lainhingga memunculkan kesadaran bahwa amnesia tidak ada yang sempurna. Pendapatnyayang diyakini bisa benar tapi juga bisa salah sehingga tidak menutup informasi yang disampaikan oleh orang lain. 4
F. Mengembangkan “Helping Relationship
Hubungan perawat-klien tidak sekedar hubungan mutualis. Travelbee dalam Mundakir (2006:118) menyebutkan hubungan ini sebagai “a human to human relationship”. Kelemahan yang ada pada perawat dan klien akan menjadi hilang ketika masing-masing pihak yang terlibat interaksi mencoba memahami kondisi masing-masing. Perawat menggunakan keterampilan komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang akan menghasilkan pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh. Hubungan semacam ini bersifat terapeutik yang dapat meningkatkan iklim psikologis yang kondusif dan menfasilitasi perubahn dan perkembangan positif pada diri klien. Hubungan ini juga difokuskan pada tujuan utama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien. Peran utama perawat adalah meyakinkan bahwa kebutuhan fisiologi pasien benar-benar terpenuhi. Misalnya perawat mengatur posisi pasien agar dapat bernafas dengan normal dan tidur dengan nyaman tanpa gangguan. Tiga hal mendasar dalam mengembangkan Helping Relationship, yaitu: Genuineness (keikhlasan), empathy (empati), dan warmth (kehangatan)
1.Genuineness
Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki klien. Apa yang dipikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai klien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikannya secara tepat. Perawat tidak akan menolak segala


4 Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 63-67
bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien, bahkan ia akan berusaha berinteraksi dengan klien, hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien. Tidak selalu untuk melakukan keikhlasan. Untuk menjadi lebih percaya diri tentang perasaan dan nilai-nilai yang dimiliki membutuhkan pengembangan diri yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan setiap saat, sehingga sekali perawat mampu untuk menyatakan apa yang dia inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak mengancam, pada saat itu pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang saling menguntungkan akan meningkat secara bermakna.
2. Empathy
Empati merupakan perasaan, “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien, dan kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitive, dan tidak dibuat-buat yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh klien. Karenanya simpati lebih bersifat subyektif dengan melihat “dunia orang lain” untuk mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada tentang isu-isu yang dialami seseorang.
Empati cenderung bergantung pada pengalaman diantara orang yang terlibat komunikasi. Perawat akan lebih mudah mengatasi nyeri klien, jika perawat memiliki pengalaman yang sama tentang nyeri. Hal ini sulit dilaksanakan kecuali bila ada kesamaan dan keseragaman pengalaman atau situasi yang relevan, meskipun terkadang perawat sulit untuk berperilaku empati pada semua situasi. Namun demikian, empati bisa dikatakan sebagai kunci sukses dalam berkomunikasi dan ikut memberikan dukungan tentang apa yang sedang dirasakan klien.
Sebagai perawat empatik, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien. Pada kondisi seperti ini, empati dapat diekspresikan melalui berbagai cara yang dapat dipakai ketika dibutuhkan, mengatakan sesuatu tentang apa yang dipikirkan perawat tentang klien, dan memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami klien. Empati membolehkan perawat untuk berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi klien. Perawat yang berempati terhadap orang lain dapat menghindarkan dari penilaian berdasarkan kata hati tentang seseorang dan pada umumnya dengan empati dia akan menjadi lebih sensitive dan ikhlas.
3. Warmth
Hubungan yang saling membantu (helping relationship) dilakukan untuk memberikan kesempatan klien mengeluarkan “uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas. Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap klien sehingga klien dapat mengekspresikan perasaannya secara lebih bebas dan mendalam. Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengetahui kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara nonverbal. Penampilan yang tenang, suara yang meyakinkan dan pegangan tangan yang halus menunjukkan rasa belas kasihan atau kasih sayang perawat kepada klien.4

Sikap Perawat dalam Berkomunikasi
Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien. Egan (1975) (dalam Mundakhir, 2006: 125) mengidentifikasi 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu:


4 Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 118
a)      Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah “saya siap membantu mengatasi masalah anda”.
b)      Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Sikap ini juga dapat menciptakan perasaan nyaman bagi klien.
c)      Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan kepedulian dan keinginan perawat untuk mengatakan atau mendengar sesuatu yang dialami klien.
d)     Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. Sikap terbuka perawat ini meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
e)      Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon terhadap klien. Sikap ini terutama sangat bermanfaat bila klien dalam kondisi stress atau emosi yang labil dalam merespon kondisi sakitnya. 4

Kehadiran diri secara psikologis dapat dibagi dalam dua dimensi yaitu dimensi respon dan dimensi tindakan (Truax dalam Mundakhir. 2006: 127).

1.    Dimensi Respon
Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menhargai empati dan konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan klien untuk membina dan hubungan saling percaya dan komunikasi yang terbuka. Respon ini harus terus dipertahankan sampai pada akhir hubungan.
a)      Keikhlasan
       Sikap ikhlas perawat dapat dinyatakan melalui keterbukaan,kejujuran, ketulusan  dan berperan aktif dalam berhungan dengan klien. Perawat merespon dengan tulus,tidak berpura-pura mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.


4 Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 127
b)      Menghargai
      Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek dan menghina. Rasa menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk diam bersama klien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu. Sikap ini secara psikologis dapat menimbulkan perasaan nyaman dan meningkatkan harga diri bagi klien.
c)      Empati
Empati merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya. Perawat memandang melalui pandangan klien, merasakan melalui perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah tersebut
d)     Konkrit
                                            Perawat menggunakan istilah yang khusus dan jelas, bukan yang abstrak. Hal ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan ketidakjelasan selama komunikasi.

2.    Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Dimensi respon membawa klien pada tingkat penilikan diri yang tinggi dan kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan. Dimensi tindakan terdiri konfrontasi, kesegaran, keterbukaan, emotional chatarsis, dan bermain peran (Stuart dan Sunden (1987) dalam Mundakhir, 2006: 129-131).
1.    Konfrontasi
Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai. Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap kesesuaian, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif, bukan marah atau agresif.
2.    Kesegeraan
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien saat ini. Perawat sensitive terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera. Tindakan perawat untuk segera berespon terhadap keluhan klien menimbulkan perasaan tentang klien dan keluarganya. Hal ini penting terutama klien atau keluarganya yang mudah panic terhadap perubahan yang dialami klien.
3.    Keterbukaan
Perawat harus terbuka dalam memberikan informasi tentang dirinya, ideal diri, perasaan, sikap dan nilai yang dianutnya. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan member sokongan.
4.    Emotional Chatarsis
Terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topic diskusi antara perawat-klien.
5. Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikiran serta perilaku dan klien akan merasa bebas mempraktikkan perilaku baru pada lingkungan yang aman.4

G. Komunikasi verbal dan nonverbal
     1. Komunikasi nonverbal
              Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan


4 Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 129-131
         gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
              Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi non lisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.[1]
  2. Komunikasi verbal
              Komunikasi verbal (verbal communication ) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Sepasang kekasih ber sms- an tiap hari, seorang presenter membawakan acara musik di stasion televisi, seorang wartawan menulis berita atau opininya di surat kabar, atau seorang ayah menelpon anaknya, itu merupakan sebagian kecil contoh komunikasi verbal.[2]







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun simpulan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Hubungan antar manusia adalah keseluruhan proses interaksi antar manusia dalam segala situasi dan bidang kehidupan yang terjadi baik secara formal maupun non-formal.
2.      Fungsi komunikasi sangat luas dan menyentuh pada banyak aspek kehidupan.Beberapa fungsi komunikasi yakni berfungsi dalam informasi, pengumpulan, sosialisasi, motivasi, pendidikan, memajukan kehidupan, hiburan serta integrasi dalam memperoleh komunikasi. Adapun prinsip-prinsip komunikasi yakni komunikasi suatu proses, sistem, interaksi dan transaksi, baik di sengaja maupun tidak disengaja.
3.      Faktor-faktor yang menentukan terjadinya interaksi sosial adalah adanya rasa percaya dan sikap sportif.
4.      Hal-hal mendasar dalam mengembangkan Helping Relationship yakni Genuinenesess (Keikhlasan), Empathy (Empati), dan Warmth (Kehangatan).

B. Saran
Adapun saran yang bisa diberikan adalah:
1.      Bagi masyarakat pada umumnya untuk selalu melakukan komunikasi yang baik sehingga menciptakan hubungan yang baik pula antar sesama manusia.
2.      Bagi perawat pada khususnya untuk selalu berkomunikasi yang baik kepada pasien yang menjadi klien untuk mengetahui kondisi psikologisnya sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan yang benar. Selain itu juga perlu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lainnya karena dalam menjalankan perannya perawat perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain.



















DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. Komunikasi Verbal.http://rikanovyanti.wordpress.com. Diakses pada tanggal 19 Maret 2010
 Anonim 2. Komunikasi Non Verbal.http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada 19 Maret 2010
Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada Media.
Mundakhir. 2006. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Suliswati, dkk. 2005. Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rodaskarya
Uchjana, Onung. 2006. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya











[1] Anonim 1. Komunikasi verbal. http://rikanoviyanti.wordpress.com.
[2] Anonim 2. Komunikasi non verbal.http://id.wikipedia.org/wiki/.