BAB I
KONSEP MEDIS
A.
Defenisi Persalinan
1.
Persalinan
adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hamper bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin
dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983).
2.
Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang dapat hidup
didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. (Rustam Muchtar,
1998).
Berdasarkan pengertian
di atas, disimpulkan bahwa persalinan adalah proses
pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan
lahir.
B.
Jenis-Jenis
Persalinan
1.
Menurut cara persalian
a. Persalinan
spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir
b. Persalinan
buatan
Bila persalinan dibantu dengan
tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi
cesarean.
c. Persalinan
anjuran
Bila persalinan tidak dimulai
dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
phytomenadione
b.
Menurut usia kehamilan
a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum
kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan < 500 gr
b. Partu
Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara
22–28 minggu atau bayi dengan berat badan 500–999 gr dan tidak dapat hidup
diluar kandungan
c. Partus
prematurus
Pengeluaran kehamilan 28–37 minggu
atau bayi dengan berat badan lahir 1000–2500 gr.
d. Partus
serotinus (post maturitas)
Pengeluaran kehamilan setelah
kehamilan 42 minggu.
C. Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan
Terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan
teori-teori yang kompleks antara lain:
1.
Teori penurunan hormone
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormone estrogen dan
progesterone.progetseron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbulk his bila kadar
progetsteron turun/rendah
2.
Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim
sehingga mengganggu sikrulasi utero placenta.
3.
Teori placenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang
menyebabkan kekejangan pada pembuluh darah.
4.
Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglon servikale,bila ganglion ini digeser
dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
5.
Induksi partus-partum dapat pula ditimbulkan dengan
jalan
a.
Bagang laminaria
Beberapa laminarian dimasukkan dalam kanalis servikalis
dengan tujuan rangsang pleksus frakenhouser.
b.
Amniotomi
Pemecagahn ketubahan
c.
Okstisosin drips
Pemberian oksitosin menurut tetesan/infuse
D. Gejala Persalianan.
1.
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur
2.
Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak, hal ini
terjadi karena robekan–robekan kecil yang terjadi pada serviks
3.
Kadang–kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.
Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan
terdapat pembukaan.
E. Tanda–Tanda Permulaan Persalinan.
1.
Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida.
Pada primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur–angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah kendor
kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak kebawah tidak
seberapa, biasanya kepala bru turun pada permulaan persalinan.
2.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3.
Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria
karena tertekan oleh bagian terbawah janin.
4.
Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
5.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi
bertambah, kadang–kadang bercampur darah.
F. Faktor-Faktor yang Berperan dalam
Persalinan
1.
Kekuatan mendorong janin keluar (power)
o
His (kontraksi uterus)
o
Kontraksi otot-otot dinding perut
o
Ligamtous action terutama ligamentum retundum
2.
Faktor janin
3.
Faktor jalan lahir
G. Keadaan-Keadaan Memerlukan Spesialistis
1.
Primigravida dengan:
o
Umur diatas 30 tahun
o
TB < 150 cm
o
Dengan penyakit-penyakit tertentu
o
Dengan komplikasi medis dan obstetric
o
Kelainan panggul
o
Kelainan letak janin
2.
Multigravida dengan:
o
Umur diatas 35 tahun
o
Telah punya anak lebih dari 7
o
Dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang
buruk
H. Penurunan Kepala Janin
Pemeriksaan Luar
|
Pemeriksaan Dalam
|
Keterangan
|
5/5
|
|
- Kepala
dilatasi PAP
- Mudah
digerakkan
|
4/5
|
H
I-II
|
- Sakit
digerakkan
- Bagian
terbesar PAP belum masuk panggul
|
3/5
|
H
II-III
|
-
Bagian terbesar kepala belum masuk panggul
|
2/5
|
H
III +
|
-
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
|
1/5
|
H
III-IV
|
-
Kepala di dasar panggul
|
0/5
|
H
V
|
-
Diperineum
|
Keterngan:
:
Kepala janin
:
PAP
H I : Sama dengan atas pinntu panggul/PAP
H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III : Sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika
H V : Sejajar dengan H I melalui ujung os.coxigius
I. Tenaga Yang Mendorong Anak Keluar
1. His
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan pada waktu kontraksi
otot-otot rahim menguncuk sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion kea rah segmen
bawah rahim dan serviks
a.
Sifat-sifat His:
-
Kontraksi simetris dan terkoordinasi
-
Fundus dominant kemudian diikuti relaksasi
-
Involunter, intermitten
-
Terasa sakit dan kadang dapat dipengaruhi dari luar
secara fisik, kimia dan psikis.
b.
Dalam mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat
daftar tentang His:
-
Frekuensi: obat dan jumlah His dalam waktu tertentu
biasanya per 10 menit atau permenit
-
Amplitude atau intensitas: batasan kekuatan his dikukur
dalam mmHg
-
Aktivitas His: adalah frekuensi dan amplitude dengan
unit motexido.
-
Durasi His: adalah lamanya setiap his berlangsung
diukur dengan detik
-
Datangnya His: apakah datangnya sering, teratur atau
tidak
c.
Perubahan-perubahan akibat His:
-
Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras, padat karena kontraksi hidrostatik air ketuban dan
tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar dan
terbuka.
-
Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, juga ada kenaikan
nadi dan tekanan darah
-
Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero placenta kurang, maka timbul
hipoksia janin, djj lambat dan kurang jelas didengar adanya iskemia fisiologis.
d.
Pembagian dan sifat-sifat His:
·
His pendahuluan
-
His tidak kuat, tidak teratur
-
Menyebabkan show
·
His pembukaan
-
His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap
10 mm
-
Mulai kuat teratur dan sakit
·
His pengeluaran/his mengedan (kala II)
-
Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama
-
His untuk pengeluaran janin
-
Koordinasi bersama antara his kontraksi, otot perut,
kontraksi diafragma dan ligament
·
His pelepasan urin (Kala III)
-
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan
plasenta
·
His pengiring (Kala IV)
-
Kontraksi lemah, masih relative nyeri, pengecilan dalam
beberapa jam/hari
2. Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkapdan setelah ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar setelah his,terutama disebabkan oleh otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdomen, pada saat kepala sampai pada
dasar panggul, timbul suatu refleks yang mengakibatkan pasien menutup
glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya ke bawah.
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah lengkap
3. Perubahan-perubahan pada Uterus dan Jalan
Lahir Dalam Persalinan
a.
Sejak kehamilan yang lanjut uterus dengan jelas terdiri
atas 2 bagian
·
Segmen atas rahim diberntuk oleh korpus uterus,
berperanaktif dalam kontraksi dan dindingnya tebal dengan mulainya persalinan
untuk mendorong anak keluar
·
Segmen bawah rahim terjadi dari isthmus uteri,
berperan pasif dan makin tipis dengan mulainya persalinan karena diregang
mengadakan relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran tipis
b.
Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan
ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang
·
Karena ukuran melintang berkurang maka lingkaran
tulang punggung anak berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih lurus dan
dengan demikian katub atas anak tertekan pada fundus sedangkan katub bawah
ditekan ke dalam pintu atas panggul
·
Karena rahim bertambah panjang, maka otot-otot
memanjang dan menarik pada SBR dan serviks
c.
Faal ligament rotundum dalam persalinan
Ligament rotundum mengandung otot polos dan kalau uterus berkontraksi
otot ligament rotundum ikut berkontraksi hingga ligament menjadi pendek
·
Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya
bersandar pada tulang punggung berpindah ke depan mendesak dinding perut ke
depan.
·
Fundus uteri terlambat, sehingga waktu kontraksi
fundus tidak dapat naik ke atas
d.
Perubahan pada serviks
·
Pendataran serviks
Ialah pemendekan dari canalis servikalis, yang semula berupa saluran yang
panjangnya 1 -2 cm menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis
·
Pembukaan serviks
Ialah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu tulang
dengan diameter beberapa mm menjadi lubang yang dilalui anak kira-kira 10 cm
Factor-faktor yang menyebabkan pembukaan serviks:
-
Waktu kontraksi SBR dan serviks diregang oleh isi rahim
terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks
-
Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat
diatas canalis servikalis menonjol ke dalam canalis servikalis dan membukanya.
-
Mungkin otot-otot serviks menarik pada pingir ostium
dan membesarkannya
e.
Perubahan pada vaginan dan dasar panggul
Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina, dasar panggul
diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis oleh bagian depan anak.
Saat kepala sampai di vulva, lubang vagina menghadap ke depan atas, dari
luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis sedangkan anus membuka
J. Gerakan-gerakan anak Pada Persalinan
1. Turunnya kepala
a.
Synclitismus: sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah
dalam lahir, ialah tepat diantara symphisis dan promontorium, os parietal dan
belakang sama tingginya.
b.
Asyncltitismus: sutura sagitalis anak ke depan
mendekati symphisis atau agak kebelakang mendekati promontorium
c.
Asynclitismus posterior: sutura sagitalis mendekati
sympisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan
d.
Asynclitismus anterior: sutura sagitalis menedekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang
2. Masuknya kepala
Ini terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan bersamaan
dengan gerakan fleksi, putaran paksa dalam dan ekstensi
Yang menyebabkan masuknya kepala:
a.
Tekanan cairan intra uterin dan tekanan langsung oleh
fundus pada bokong
b.
Kekuatan mengejan dan melurusnya badan anak oleh
perubahan bentuk rahim.
3. Fleksi
Dengan masuknya kepala biasanya juga fleksi bertambah sehingga ubun-ubun
kecil jelas lebih rendah dari UUB ini disebabkan karena anak di dorong ibunya
dan sebaliknya mendapat tekanan dari pinggir PAP, serviks, dinding panggul atau
dasar panggul
Keuntungan fleksi: ukuran kepala lebih kecil melalui jalan lahir diameter
sub occipitus brognalitika (95 cm) menggantikan diameter sub occipitalis
frontal (11 cm)
4. Putaran paksi dalam
Ialah pemutaran dari bagian dalam sedemikian rupa sehingga bagian
terendah bagian depan memutar ke depan kebawah symphisis
·
Pada letak fleksi, bagian belakang kepala
merupakan bagian terendah dari kepala.
·
Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan
yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat meatus
genitalia.
·
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter antero posterior
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi.
A. Kala I:
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.
·
Tujuan: :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan KH:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan KH:
a.
Tampak rileks
diantara kontraksi
b.
Dapat mengontrol
penyebab nyeri
·
Intervensi :
a.
Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal
dan non verbal.
b.
Jelaskan penyebab nyeri.
c.
Ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan
tehnik pernapasan/relaksasi yang tepat dan masses pinggang
d.
Bantu tindakan kenyamanan mis: gosokan pada kaki,
punggung, tekanan sakral, perubahan posisi.
e.
Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi
diatas simpisis untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok syaraf.
f.
Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola
kontraksi uterus setiap 30 menit.
g.
Monitor vital sign.
2.
Resti cedera / distress terhadap janin behubungan
dengan hipoksia jaringan.
·
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3 jam tidak
terjadi cedera pada janin KH:
a.
DJJ dalam batas normal
·
Intervensi:
a.
Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi
janin, berbaring dan presentasi.
b.
Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon
terhadap kontraksi uterus.
c.
Catat kemajuan persalinan.
3.
Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan
perlambatan mortilitas gastric, dorongan fisiologis.
·
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak
terjadi cedera pada maternal KH:
a.
Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi
khusus sudah dimengerti.
b.
Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin
dari dari cedera.
c.
Klien bebas dari cedera / komplikasi
·
Intervensi:
a.
Pantau aktivitas uterus, catat frekuensi, durasi dan
intensitas kontraksi.
b.
Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif.
Hindari meninggalkan klien tanpa perhatian.
c.
Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri
d.
Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
e.
Pantau suhu dan nadi.
f.
Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila
memungkinkan, hindari makanan padat.
g.
Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau
meniup bila ada dorongan untuk mengejan.
4.
Resti gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan perubahan suplai O2 atau aliran darah : anemia dan pendarahan sekunder
·
Tujuan:
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas pada janin KH:
a.
DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
b.
Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan
·
Intervensi:
a.
Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang
menurunkan sirkulasi uteroplasental.
b.
Pantau DJJ setiap 15 – 30 menit.
c.
Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.
d.
Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui
pemerikasaan vagina
e.
Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.
5.
Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan
dilatasi atau regangan dan hipoksia jaringan, tekanan mekanik dari bagian
presentasi
·
Tujuan:
Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri KH:
a.
Klien menyatakan rasa nyeri berkurang.
b.
Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk
mempertahankan kontrol, istirahat diantara kontraksi
·
Intervensi:
a.
Kaji derajat ketidakmampuan melalui isyarat verbal dan
non verbal
b.
Kaji perubahan klien terhadap sentuhan fisik selama
kontraksi.
c.
Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi
uterus.
d.
Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih
cepat mis : tiupan napas pendek dan cepat.
e.
Berikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi
adekuat.
f.
Lakukan gosokan sakral / punggung, pengubahan posisi.
g.
Pantau dilatasi serviks.
h.
Catat penonjolan perineal.
i.
Anjurkan klien untuk berkemih (fase laten)
j.
Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan
persalinan dan berikan reinforcement untuk upaya klien / pasangan
k.
Pantau tanda vital ibu dan janin.
l.
Kolaborasi pemberian analgesik.
6.
Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan penurunan aliran balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan vaskuler
sistemik.
·
Tujuan:
Tidak terjadi penurunan curah jantung KH:
a.
Tanda – tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.
b.
Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x /
menit)
·
Intervensi:
a.
Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai
indikasi
b.
Perhatikan ada dan luasnya edema.
c.
Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.
d.
Infus balance cairan.
7.
Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan
berhubungan dengan kurangnya sumber – sumber informasi.
·
Tujuan:
Klien dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan KH:
a.
Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.
b.
Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan
pengeluaran plasenta
·
Intervensi:
a.
Diskusikan proses normal persalinan kala III.
b.
Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti
menggigit, tremor.
c.
Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam
pertama setelah melahirkan.
B. Kala II
- Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif, penurunan masukan
·
Tujuan:
Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH:
a.
Tanda – tanda vital dalam batas normal.
b.
Keluaran urine adekuat.
c.
Membran mukosa kental.
d.
Bebas dari rasa haus.
·
Intervensi:
a.
Ukur masukan dan keluaran.
b.
Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
c.
Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
d.
Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
e.
Atur posisi klien tegak atau lateral.
f.
Kolaborasi pemberian cairan parenteral
- Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif berulang. Trauma jaringan, persalinan lama.
·
Tujuan:
Klien tidak terjadi infeksi KH:
a.
Bebas dari tanda–tanda infeksi (rubor, tumor, dolor,
calor, dan fungsilaesa)
·
Intervensi:
a.
Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan
tehnik aseptik.
b.
Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
c.
Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu
dengan menggunakan tehnik aseptik.
d.
Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
e.
Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
f.
Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.
C. Kala III
- Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran pervaginam akibat atonia.
·
Tujuan:
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP KH:
a.
Kontraksi uterus adekuat.
b.
Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
c.
Tanda – tanda vital dalam batas normal
·
Intervensi:
a.
Anjurkan klien untuk masase fundus.
b.
Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
c.
Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah
pengeluaran plasenta.
d.
Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
e.
Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang
berlebihan.
f.
Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin,
perhatikan ukuran, insersi tali pusat dan ketuban.
g.
Berikan cairan peroral.
h.
Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
- Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan
·
Tujuan:
Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri KH:
a.
Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi
dengan nyerinya.
b.
Ekspresi wajah rileks tak gelisah
c.
Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak
·
Intervensi:
a.
Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan
luka.
b.
Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
c.
Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik
dan oleskan salep topikal.
d.
Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut
yang hangat.
e.
Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah
melahirkan.
D. Kala IV
- Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan perkembangan anggota keluarga
·
Tujuan:
Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan KH:
a.
Klien menggendong bayinya.
b.
Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan
ikatan yang tepat.
·
Intervensi:
a.
Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan
memeriksa bayi.
b.
Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi
serta membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
c.
Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga,
perhatikan perilaku untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus
d.
Catat perilaku /pengungkapan yang menunjukkan
kekecewaan / kurang minat / kedekatan.
e.
Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar